Mati suri (NDE – Near Death Experience / Pengalaman Mendekati Ajal) terjadi
semakin sering karena meningkatnya kemampuan sains untuk menyelamatkan hidup
manusia bahkan di saat kritis. Isi dari NDE dan efek pada pasien tampaknya sama
di dunia ini, tidak peduli budaya dan masanya. Sifat subjektifnya dan ketiadaan
kerangka referensi untuk pengalaman ini membawa pada faktor individual, budaya
dan agama menentukan kosakata yang dipakai untuk menjelaskan dan menafsirkan
pengalamannya. Sebagai contoh, jika kamu buddha, kamu kemungkinan akan
merasakan pengalaman yang sesuai ajaran buddha. Jika kamu muslim, kemungkinan
besar kamu merasakan apa yang kamu yakini sesuai ajaran agamamu. Jika kamu
kristen, kemungkinan besar akan sesuai dengan ajaran kristen dsb. Karenanya,
ada kemungkinan kalau mati suri seperti apa yang dirasakan seseorang ketika
mimpi.
Sebelum mendefinisikan mati suri, kita harus mengetahui apa itu definisi mati. Sebelumnya definisi mati yang diterima komite Ad Hoc Harvard Medical School di tahun 1968 adalah lenyapnya seluruh fungsi otak. Walau begitu, kemudian ditemukan adanya pasien yang seluruh otaknya telah mati, namun jantungnya masih berdetak. Detak lemah ini disebabkan oleh fungsi paru-paru. Bila paru-paru tetap dipaksa bernapas, orang ini masih mungkin untuk mencerna makanan, melakukan ekskresi dan bahkan bereproduksi. Karenanya definisi ini dipandang tidak sesuai lagi. Untuk itu dipakai definisi baru yaitu kematian sel otak. Kematian terjadi bila kerusakan sel otak permanen karena tidak adanya oksigen. Dengan definisi ini, maka pasien yang paru-parunya masih memompa oksigen ke otak lewat jantung walaupun otak tidak dapat berfungsi lagi (mati dalam definisi Harvard) masih dapat dipandang masih hidup.
Jadi definisi mati merupakan sebuah proses yang melibatkan tiga organ utama: jantung, paru-paru dan otak. Walau ketiga organ ini saling kait dan kematian salah satunya akan membawa pada kematian dua lainnya, seseorang baru boleh dikatakan meninggal bila ketiganya telah sepenuhnya berhenti berfungsi.
Mati suri sendiri dapat didefinisikan sebagai ingatan yang dilaporkan dari seluruh kesan yang didapatkan seseorang dalam kondisi sadar khusus, termasuk sejumlah unsur khususnya seperti keluar dari jasad, perasaan damai, melihat lorong, melihat cahaya, bertemu keluarga yang telah wafat atau sebuah peninjauan ulang pengalaman semasa hidup. Kondisi ini terjadi pada saat-saat seseorang menjelang kondisi mati.
Tidak ada satupun pengalaman yang sama dirasakan oleh semua orang yang selamat dari mati suri. Akibatnya sulit untuk melihat adanya nilai objektif dari laporan penderita mati suri. Walau begitu, dapat saja mati suri sebenarnya beberapa jenis pengalaman berbeda yang faktornya belum ditemukan, bukannya satu jenis pengalaman saja yang kita namakan NDE. Sebagian pengalaman, seperti pengalaman mistik, melihat cahaya di ujung terowongan, peninjauan ulang masa hidup dan keluar dari jasad, merupakan pengalaman yang paling menarik minat parapsikolog. Yang paling sering dipakai adalah pengalaman keluar dari jasad, yang dipakai sebagai bukti adanya roh dan kelangsungan hidup setelah mati.
Banyak dilaporkan menjadi penyebab mati suri, seperti kemacetan jantung (mati klinis), shock pasca pendarahan besar, cedera otak traumatik atau haemorrhage intra cerebral (pendarahan di dalam otak), nyaris tenggelam (asphyxia), namun juga dalam penyakit serius yang tidak seketika mengancam jiwa. Pengalaman yang serupa dengan mati suri dapat juga terjadi saat fase terminal suatu penyakit yang disebut visi kematian. Pengalaman serupa seperti pengalaman takut mati juga dilaporkan setelah situasi dimana kematian sudah pasti akan terjadi seperti saat mengalami kecelakaan lalu lintas atau pendakian gunung.
Mati suri bersifat transformasional. Artinya ia mampu mengubah seluruh pandangan hidup seseorang, dan juga bahkan menghilangkan rasa takut mati pada diri seseorang. Kondisi mati suri sebenarnya sering terjadi, dan dipandang sebagai suatu yang misterius bagi banyak dokter. Mereka sering kali mengabaikan laporan pengalaman atau medis bila sang pasien berhasil selamat dari kematian.
Penelitian terbaru oleh Zalika Klemenc-Ketis dan kawan-kawan yang dilaporkan di Jurnal Critical Care baru saja menemukan satu-satunya hal yang ditemukan pada semua orang yang mengalami mati suri. Tim peneliti mempelajari 52 pasien serangan jantung yang dirawat di tiga rumah sakit dalam kondisi kritis. Sebelas diantaranya melaporkan mengalami mati suri. Tim peneliti menemukan bahwa saat mengalami serangan jantung, mereka semua mengalami gejolak gas di dalam darah, seperti Karbon Dioksida. Dari semua gas ini, ada satu gas yang naik hanya pada mereka yang mengalami mati suri. Gas ini adalah Karbon Dioksida.
Dalam penelitian ini disimpulkan pula kalau jenis kelamin, usia, agama, waktu yang diperlukan untuk menghidupkan dan obat yang digunakan untuk perawatan, tidak berkorelasi nyata dengan perasaan mati suri. Hanya karbon dioksida, itu saja.
Hal ini didukung fakta kalau orang yang menghirup terlalu banyak karbon dioksida, atau berada pada ketinggian yang dapat meningkatkan konsentrasi karbon dioksida darah seperti pilot, juga mengalami sensasi seperti mati suri.
Ini penemuan penting dalam pemahaman kita tentang mati suri. Kita telah tau kalau semua orang yang mati suri memiliki konsentrasi karbon dioksida tinggi dalam darahnya. Tidak peduli dia kiai atau ateis, tidak peduli mati karena kecelakaan atau penyakit. Semua sama.
Tapi ada satu masalah. Saat mengalami serangan jantung, semua orang memiliki konsentrasi karbon dioksida yang tinggi di darahnya. Tapi hanya 10 persen saja yang mengalami mati suri.
Penelitian ini jelas meruntuhkan hipotesis dualisme jasad-jiwa, yang mengatakan kalau ada keterpisahan antara jiwa dan jasad manusia. Bagaimana mungkin jiwa seseorang keluar dari jasad namun masih terpengaruhi oleh kadar karbon dioksida di darah, dan darah berada di jasad tersebut?
Karenanya paradigma monisme (kesatuan jasad-jiwa) tetap didukung fakta dan arah penelitian mati suri telah benar sebagaimana diduga para ilmuan sejak lahirnya sains biologi.
Sebelum mendefinisikan mati suri, kita harus mengetahui apa itu definisi mati. Sebelumnya definisi mati yang diterima komite Ad Hoc Harvard Medical School di tahun 1968 adalah lenyapnya seluruh fungsi otak. Walau begitu, kemudian ditemukan adanya pasien yang seluruh otaknya telah mati, namun jantungnya masih berdetak. Detak lemah ini disebabkan oleh fungsi paru-paru. Bila paru-paru tetap dipaksa bernapas, orang ini masih mungkin untuk mencerna makanan, melakukan ekskresi dan bahkan bereproduksi. Karenanya definisi ini dipandang tidak sesuai lagi. Untuk itu dipakai definisi baru yaitu kematian sel otak. Kematian terjadi bila kerusakan sel otak permanen karena tidak adanya oksigen. Dengan definisi ini, maka pasien yang paru-parunya masih memompa oksigen ke otak lewat jantung walaupun otak tidak dapat berfungsi lagi (mati dalam definisi Harvard) masih dapat dipandang masih hidup.
Jadi definisi mati merupakan sebuah proses yang melibatkan tiga organ utama: jantung, paru-paru dan otak. Walau ketiga organ ini saling kait dan kematian salah satunya akan membawa pada kematian dua lainnya, seseorang baru boleh dikatakan meninggal bila ketiganya telah sepenuhnya berhenti berfungsi.
Mati suri sendiri dapat didefinisikan sebagai ingatan yang dilaporkan dari seluruh kesan yang didapatkan seseorang dalam kondisi sadar khusus, termasuk sejumlah unsur khususnya seperti keluar dari jasad, perasaan damai, melihat lorong, melihat cahaya, bertemu keluarga yang telah wafat atau sebuah peninjauan ulang pengalaman semasa hidup. Kondisi ini terjadi pada saat-saat seseorang menjelang kondisi mati.
Tidak ada satupun pengalaman yang sama dirasakan oleh semua orang yang selamat dari mati suri. Akibatnya sulit untuk melihat adanya nilai objektif dari laporan penderita mati suri. Walau begitu, dapat saja mati suri sebenarnya beberapa jenis pengalaman berbeda yang faktornya belum ditemukan, bukannya satu jenis pengalaman saja yang kita namakan NDE. Sebagian pengalaman, seperti pengalaman mistik, melihat cahaya di ujung terowongan, peninjauan ulang masa hidup dan keluar dari jasad, merupakan pengalaman yang paling menarik minat parapsikolog. Yang paling sering dipakai adalah pengalaman keluar dari jasad, yang dipakai sebagai bukti adanya roh dan kelangsungan hidup setelah mati.
Banyak dilaporkan menjadi penyebab mati suri, seperti kemacetan jantung (mati klinis), shock pasca pendarahan besar, cedera otak traumatik atau haemorrhage intra cerebral (pendarahan di dalam otak), nyaris tenggelam (asphyxia), namun juga dalam penyakit serius yang tidak seketika mengancam jiwa. Pengalaman yang serupa dengan mati suri dapat juga terjadi saat fase terminal suatu penyakit yang disebut visi kematian. Pengalaman serupa seperti pengalaman takut mati juga dilaporkan setelah situasi dimana kematian sudah pasti akan terjadi seperti saat mengalami kecelakaan lalu lintas atau pendakian gunung.
Mati suri bersifat transformasional. Artinya ia mampu mengubah seluruh pandangan hidup seseorang, dan juga bahkan menghilangkan rasa takut mati pada diri seseorang. Kondisi mati suri sebenarnya sering terjadi, dan dipandang sebagai suatu yang misterius bagi banyak dokter. Mereka sering kali mengabaikan laporan pengalaman atau medis bila sang pasien berhasil selamat dari kematian.
Penelitian terbaru oleh Zalika Klemenc-Ketis dan kawan-kawan yang dilaporkan di Jurnal Critical Care baru saja menemukan satu-satunya hal yang ditemukan pada semua orang yang mengalami mati suri. Tim peneliti mempelajari 52 pasien serangan jantung yang dirawat di tiga rumah sakit dalam kondisi kritis. Sebelas diantaranya melaporkan mengalami mati suri. Tim peneliti menemukan bahwa saat mengalami serangan jantung, mereka semua mengalami gejolak gas di dalam darah, seperti Karbon Dioksida. Dari semua gas ini, ada satu gas yang naik hanya pada mereka yang mengalami mati suri. Gas ini adalah Karbon Dioksida.
Dalam penelitian ini disimpulkan pula kalau jenis kelamin, usia, agama, waktu yang diperlukan untuk menghidupkan dan obat yang digunakan untuk perawatan, tidak berkorelasi nyata dengan perasaan mati suri. Hanya karbon dioksida, itu saja.
Hal ini didukung fakta kalau orang yang menghirup terlalu banyak karbon dioksida, atau berada pada ketinggian yang dapat meningkatkan konsentrasi karbon dioksida darah seperti pilot, juga mengalami sensasi seperti mati suri.
Ini penemuan penting dalam pemahaman kita tentang mati suri. Kita telah tau kalau semua orang yang mati suri memiliki konsentrasi karbon dioksida tinggi dalam darahnya. Tidak peduli dia kiai atau ateis, tidak peduli mati karena kecelakaan atau penyakit. Semua sama.
Tapi ada satu masalah. Saat mengalami serangan jantung, semua orang memiliki konsentrasi karbon dioksida yang tinggi di darahnya. Tapi hanya 10 persen saja yang mengalami mati suri.
Penelitian ini jelas meruntuhkan hipotesis dualisme jasad-jiwa, yang mengatakan kalau ada keterpisahan antara jiwa dan jasad manusia. Bagaimana mungkin jiwa seseorang keluar dari jasad namun masih terpengaruhi oleh kadar karbon dioksida di darah, dan darah berada di jasad tersebut?
Karenanya paradigma monisme (kesatuan jasad-jiwa) tetap didukung fakta dan arah penelitian mati suri telah benar sebagaimana diduga para ilmuan sejak lahirnya sains biologi.
Posting Komentar