Selamat Datang di Portal Pendidikan

MAKALAH MAKESTA PC IPNU IPPNU KUDUS




بسم الله الرحمن الرحيم


Kata Pengantar



Piji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, atas limpahan taufiq, hidayah, inayah dan  ridho-Nya pada saat ini kita telah diberikan kenikmatan yang luar biasa dari Allah, yaitu nikmat Iman dan Islam, sehingga dengan kenikmatan itu, kita bisa memanfaatkan kompetensi dan kreatifitas yang kita miliki untuk kita khidmah kepada Nahdlatul Ulama. Amin

Sholawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah memberikan pencerahan terhadap seluruh ummat manusia, sehingga saat ini kita bisa memperoleh dan menikmati hasil perjuangan beliau yaitu sebagai ummat yang mulia, dan kita berdoa semoga perjuangan kita selalu tercermin dari prilaku keberagamaan, kemasyarakat dan kenegaraan dari beliau. Amin

Melihat perkembangan dan gerakan para anak bangsa diluar lingkungan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama yang sangat agresif, sehingga menjadikan kami mempunyai inspirasi, ide serta gagasan untuk mewujudkan sebuah formulasi yang siap untuk dikonsumsi para generasi dan kader Nahdlatul Ulama.

Sebagai badan otonom Nahdlatul Ulama yang mempunyai kewenagan dalam merumuskan formulasi dan kenyataan program kerja yang ideal dan sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, perkembangan gerakan dan generasi kader Nahdlatul Ulama masa depan. Dan sebagai sebuah tanggungjawab, kami menyusun sebuah buku pegangan bagi peserta pelatihan formal ditingkat Pimpinan Ranting dan Komisariat, dimana buku tersebut kami beri judul " Handout Makesta " : sebagai panduan praktis, aplikatif, dan barokah. Kami atas nama Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU Kabupaten kudus, berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat terhadap kontinuitas organisasi IPNU-IPPNU ke depan. Amin

Kami juga mohon doa restu dari seluruh kader IPNU-IPPNU, dengan ridlo Allah Swt, dalam jangka waktu dekat Depertemen Pengkaderan akan menerbitkan buku Amaliyah Ahlussunnah Waljamaah An-Nahdliyah, sebagai sebuah tindak lanjut, harapan dan masukan kader di tingkat bawah. Yang berisikan tentang landasan hukum alamiyah tradisi NU, pegangan dalam kehidupan berorganisasi, bermasyarakat dan berbangsa.

Selanjutnya atas nama Departemen Pengkaderan, yang telah diberikan wewenang untuk menyusun buku pegangan ini, kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh komunitas IPNU-IPPNU yang telah membantu kelancara tersusunnya buku ini, semoga bermanfaat untuk semua. Amin.

Kami sebagai penyusun juga mengharapkan masukan, pandapat, kritik, saran dan ide-ide baru untuk kesempurnaan buku ini, kami yakin bahwa persembahan kami masih belum sempurna, sehingga masih memerlukan para peneliti dan pengkritis demi kesempurnaan buku ini.

Wallahul muwafiq illa aqwamith thoriq



Kudus, 10 Desember 2009
Tim Peyusun



AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH

I.    PENDAHULUAN

Bagaikan gadis cantik yang menawan, ASWAJA sering menjadi rebutan dari berbagai faham yang menganggap dirinya yang paling benar dan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadis, dan golongan merekalah yang nantinya masuk surga dan yang lainnya masuk neraka. (dari pandangan riwayat Ibnu majah dari sahabat mu’awiyah tentang perbedaan kelompok (firqoh) 73 golongan).
Didalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD&ART) Muktamar NU ke 27 di Situbondo disebutkan bahwa landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga NU adalah faham ASWAJA yang diterapkan di dalam kondisi kemasyarakatan Indonesia dan landasan tersebut kita sebut dengan Khittoh 1926.
Oleh karena itu Khittoh tersebut  adalah Islam Ala Ahlussunah Wal Jama’ah (ASWAJA) maka segenap keluarga NU harus tahu dan faham tentang apa Aswaja itu … ? agar supaya jangan sampai warga kita itu dikacaukan pengertiannya dalam faham yang lain yang jumlahnya sangat banyak, dan sebagai generasi termuda NU maka IPNU-IPPNU pun harus tahu dan faham tentang Aswaja.

II.   SEJARAH, PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM ASWAJA

A.  Sejarah Aswaja Masuk Ke Indonesia
Dengan semangat kebenaran para ahli dakwah pada abad ke-9 Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Bagdad mengirimkan delegasi dakwah yang terdiri dari orang orang Arab yang berakidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) dan bermadzhab Syafi’i ke wilayah Sumatera Utara.

Pada tahun 1042 berdiri kerajaan Islam Samudera Pasai dan pada tahun 1025 berdiri Kerajaan Islam Aceh. Al-Malikus Shaleh merupakan kerajaan yang menganut faham Aswaja dan menganut madzhab Syafi’i. Bahkan menurut catatan sejarah, pada tahun 840 telah berdiri kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak.

Dapat dipastikan bahwa masuknya agama Islam ke Indonesia sebelum tahun berdirinya kerajaan itu, karena ketika kerajaan itu berdiri sebagian besar penduduknya telah cukup lama memeluk agama Islam.

Sementara Islam masuk ke Pulau Jawa diperkirakan pada akhir abad ke-14 atau awal abad ke-15. Pada saat itu, dengan dukungan Walisongo, Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak. Berkat dakwah yang dilakukan Walisongo, Islam berkembang pesat sehingga dalam waktu yang relatif singkat hampir seluruh masyarakat Jawa memeluk agama Islam. Menyusul kemudian berdiri beberapa kerajaan Islam di Ternate, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Pada abad ke-16, Islam telah menjadi agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia.

Perkembangan Islam yang berhaluan Aswaja bertambah pesat ketika generasi penerus Walisongo dan Islam lainnya mengembangkan strategi dan pendekatan penyebaran Islam melalui lembaga pesantren. Pesantren tampil dan berperan sebagai pusat penyebaran dan pendalaman agama Islam secara Iebih terarah, utuh dan lurus.

Seiring dengan dibukanya Terusan Suez tahun 1869, terjadi kontak langsung antara umat Islam di Indonesia dan dunia Islam Iainnya, termasuk negara negara Arab. Tidak saja melalui jamaah haji, tetapi juga melalui sejumlah pelajar Indonesia di negara-negara Arab, sehingga perkembangan agama dan ilmu pengetahuan Islam makin pesat. Seiring dengan perkembangan pengetahuan Islam melalui kontak langsung tersebut, telah masuk faham-faham Islam Iainnya yang bertentangan dengan faham Aswaja yang dianut oleh mayoritas umat Islam Indonesia.

Oleh karena itu, untuk membendung arus faham-faham lain tersebut dan untuk membentengi mayoritas umat Islam Indonesia, para ulama Aswaja wajib bangkit secara proaktif mendirikan jam’iyyah (organisasi) yang di kemudian hari dikenal dengan Nahdlatul Ulama yang berarti kebangkitan ulama. Nama yang dipilih adalah kebangkitan, bukan sekadar perkumpulan atau perhimpunan. Yang bangkit adalah para ulama yang menjadi panutan umat. Jam’iyyah Nahdlatul Ulama didirikan pada tanggal 16 Rajab 1334 H bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya.
B.  Pengertian Aswaja
Menurut K.H. Syaifuddin Zuhri pengertian Aswaja adalah segolongan pengikut sunah Nabi Muhammad SAW yang didalam melaksanakan ajaran-ajaran beliau berjalan diatas garis yang dipraktekkan oleh Nabi dan para  Sahabat.
Adapun penggunaan istilah Aswaja didalam riwayat Abu Dawud dari Mu’awiyyah R.A. dari Rasulullah SAW bersabda :
افترقت اليهود على احدى وسبعين فرقة وافترقت النصارى على اثنتين وسبعين فرقة وان هذه الأمة سـتفـترق على ثلا ث وسبعـين فرقة اثنان وسبعون في النار وواحدة  في الجنة  قا لوا  يا رسول الله ما هذه الواحدة  قال ما انا  عـليه  ا ليوم وا صحا بي    
Artinya :          Telah pecah ummat Yahudi menjadi 71 golongan, dan telah pecah ummat Nasroni 72 golongan, dan ummatku akan pecah menjadi 73 golongan yang 72 golongan masuk neraka dan hanya 1 (satu) yang masuk surga (yang selamat hanya satu) lalu para sahabat bertanya : siapakah yang selamat itu … ? Nabi menjawab  : apa yang hari ini aku kerjakan dan para sahabatku.”
Didalam hadis lain dalam kitab Al-Milal wan Nihal karangan Syaikh Ahmad Abdul Karim juz 1 hal 13 Nabi Bersabda :
سـتفترق امتي على ثلاث وسـبعين فرقة النا جية منها واحدة والباقون هـلكى قيل ومن النا جية؟ قال اهل السنة والجماعة قيل ومن اهل السنة والجماعة؟ قال ما انا عـليه ا ليوم  وا صحا بي (رواه ابن ما جه)
Artinya : “Umatku akan pecah menjadi 73 golongan yang selamat hanya satu firqoh sedang yang lainnya binasa. Nabi ditanya : Siapakah yang selamat itu … ? Nabi menjawab : Ahlussunah Wal Jama’ah, Nabi ditanya lagi : Siapakah Ahlussunah Wal Jama’ah itu … ? Nabi menjawab : Apa yang aku dan sahabatku pegang “. (HR. Ibnu Majah)
C.  Dasar Hukum Aswaja
Ahlussunah Wal Jama’ah (ASWAJA) didalam mengambil hukum menggunakan dasar Al-qur’an dan AL-Hadis disamping itu juga menggunakan Ijma’Qiyas.
1.   Al-qur’an adalah merupakan dasar hukum yang paling kuat didalam  Islam sebelum tiga dasar yang lain (Surat An-Nisa’:105)
انا أنزلنا إليك الكتاب بالحق لتحكم بين الناس بما اراك الله
Artinya : “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepada. (Q.S. S.An – Nisa : 105)
2.   Al-Hadis adalah dasar hukum kedua setelah Al-Qur’an, bila didalam AL-qur’an tidak secara tegas disebutkan maka hadis yang menjelaskan. Contoh: dalam AL-Qur’an disebutkan kewajiban sholat dan mengeluarkan zakat, namun jumlah rekaat dan kewajiban pengeluaran zakat berapa nishobnya tidak dijelaskan secara detail maka hadist Nabi yang menjelaskan tentang penjabaran teقsebut.
3.   Ijma’ (kesepakatan para ulama) ketika dicari dari Al-Qur’an dan Al-Hadis tentang hukum ternyata tidak ada, maka kita dapat menggunakan dasar hukum yang ketiga yaitu Ijma’. Contoh : pada zaman Khalifah Utsman tentang penambahan Adzan Tsani (adzan kedua) yang dikumandangkan sebelum melakukan sholat Jum’at Qobliyatul Jum’ah, oleh karena kesepakatan para sehabat pada waktu itu dan kebijakan Khalifah Utsman serta diikuti oleh sahabat lain dan tidak ada yang menentangnya maka dilaksanakanlah Ijma tersebut (Ijma’ Shohabi).
4.   Qiyas (menyamakan hukum sesuatu masalah yang belum diketahui hukumnya dan masalah lain yang sudah diketahui, karena ada kesamaan illat yang mendasar penentuan hukum) contoh : menqiyaskan tuak dengan khomer karena tuak itu haram seperti hukumnya khomer, penentuan hukum tersebut didasarkan pada Q.S. An-Nisa’ ayat 59.
يايهاالذين امنوا اطيعوا الله واطيعوا الرسول واولى الامرمنكم ج فان تنازعتم في شيء فردوه الى الله والرسول ان كنتم تؤمنو ن بالله واليوم الاخر ........ (النساء : 59) 

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada Allah dan Rasulnya dan Ulil Amri diantara kami, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-qur’an) dan rasulnya (Assunah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Qiyamat….

III. ASWAJA DILIHAT DARI ASPEK PARA PENGIKUTNYA

Adapun ciri-ciri pengikut Aswaja (“alamat Ahlussunah Wal Jama’ah “) antara lain :
1.   Sholat 5 waktu dengan berjama’ah.
2.   Tidak menilai salah satu sahabat dengan penilaian negatif.
3.   Tidak memberontak pemerintahan yang sah.
4.   Tidak ragu keimanannya (iman yang mantap).
5.   Beriman kepada qodlo’ dan qodar yang baik maupun yang buruk dari Allah SWT.
6.   Tidak menentang ketentuan agama Allah.
7.   Tidak mengkufurkan orang islam.
8.   Tidak meninggalkan sholat atas orang yang mati dalam keadaan Islam.
9.   Membasuh khuffain (semacam sepatu) pada waktu wudlu sebagai pengganti membasuh kaki pada waktu bepergian.
10.   Mau melakukan sholat berjama’ah dibelakang imam yang baik dan imam yang jahat.

IV. GOLONGAN YANG TIDAK TERMASUK ASWAJA

1.   Golongan  Mu’tazilah.
Didirikan oleh Wasil Bin Atho’ mereka berpendapat :
a.   Allah tidak mempunyai sifat.
b.   Manusia itu dapat menciptakan amal perbuatan.
c.   Ukuran baik buruk ditentukan oleh akal.
d.   Allah wajib memberi pahala orang yang taat.
e.   Syafa’at nabi itu tidak ada.
2.   Golongan Syi’ah
Golongan yang mengkultuskan / mendewa-dewakan S. Ali Bin Abi Thalib)
Golongan Syi’ah didirikan oleh Abdulah Bin Saba’Mereka berpendapat :
a.   S. Ali Bin Abi Thalib adalah Tuhan / rasul.
b.   Kawin kontrak itu diperbolehkan.
c.   Para nabi & para pemimpin adalah ma”shum.
d.   S. Abu Bakar, Umar Bin Khotob, Utsman Bin Affan telah merebut dan merampas hak kholifah yang semestinya dipegang S. Ali Bin Abi Thalib.
3.   Golongan Khowarij
(golongan yang sangat membenci S. Ali Bin Abi Thalib)
Golongan khowarij didirikan oleh Nafi’ bin Arzaq mereka mengajarkan beberapa faham diantara ajarannya adalah :
a.   Semua dosa adalah besar dan orang yang berdosa  besar adalah kafir.
b.   Semua orang yang tidak mengikuti ajarannya dianggap kafir.
c.   Menghilangkan hukum rajam bagi orang yang berzina.
d.   Mengkufurkan S. Ali Bin Abi Thalib, S. Tholhah, S. Zubair, Siti Aisyah, S. Abdullah  bin Abbas dll.
e.   Mengingkari bahwa Surat Yusuf bukan bagian dari Al-Qur’an.
4.   Golongan Murji’ah
didirikan oleh : Jahm bin Sofwan.
Mereka mengajarkan dengan ajaran :
a.   Rukun iman itu hanya dua yakni mengenal Allah dan Rasulnya.
b.   Orang yang sudah mengenal Allah dan rasulnya maka berbuat maksiat atau dosa itu tidak dilarang.
5.   Golongan Najjariyah
didirikan oleh Muhammad Bin Husain An – Najjar  diantara ajarannya adalah :
a.   Allah tidak mempunyai sifat.
b.   Orang yang berbuat dosa itu masuk neraka. Karena syafa’at dan ampunan Allah itu tidak ada.
c.   Kalamullah adalah baru (diciptakan).
6.   Golongan Jabbariyah
Didirikan oleh Lahalut Al-‘Asham dan Jahem bin Sofwan.
Diantara ajarannya adalah :
a.   Tidak ada gunanya ikhtiar bagi mahluq segalanya tergantung kepada Allah  SWT.
b.   Manusia tidak mempunyai daya untuk mencipta baik/buruk.
c.   Iman cukup didalam hati dan tidak usah diikhtiarkan dengan lesan (ucapan).
7.   Golongan Musabbihah / Mujasimah.
Adalah golongan yang menyamakan Allah dengan mahluq, didirikan oleh Ibnu Taimiyyah diantara ajarannya adalah :
a.   Allah mempunyai tangan, kaki, hidung, mata dll seperti halnya mahluq.
b.   Allah itu bertempat dilangit.
Oleh karena itu jika kita uraikan hal diatas apabila kita hubungkan dengan hadis nabi SAW bahwa golonganku akan pecah menjadi 73 golongan (firqoh) dengan perincian sbb :
1. Golongan Mu’tazilah                                    20   Firqoh.
2. Golongan Syi’ah                                           22   Firqoh.
3. Golongan Khowarij                                      20   Firqoh.
4. Golongan Murji’ah                                          5  Firqoh.
5. Golongan Najjariyah                                       3  Firqoh.
6. Golongan Musabbihah / Mujassimah            1  Firqoh.
7. Golongan Jabbariyah                                     1  Firqoh.
8. Golongan Ahlussunah Wal Jama’ah             1  Firqoh


 
                                          Jumlah                   73  Firqoh
                                         

V.  ASWAJA PERSPEKTIF HISTORIS

Dilihat dari Prinsip dan Sikap penganut Aswaja
1.   Masa Rasulullah
Pada masa itu umat Islam  adalah  unat yang satu dan tidak ada perselisihan dalam aqidah dan amalan. Hal ini karena masih adanya wahyu (Al-qur’an) dan Nabi masih ada  sebagai sumber hukum langsung dapat ditanyakan kepada Beliau.
2.   Masa Khulafaur Rosyidin
Ketika Rasulullah wafat hari Senin 13 R. Awwal 11 H / 632 M, maka kosonglah kepemimpinan umat Islam. Maka diadakan musyawarah untuk mufakat (sikap tawasut, tawazun dan tasamuh) karena dari masing-masing golongan mengusulkan calon pemimpin  mereka seperti dari golongan Anshor : Sa’ad bin Ubadah dari golongan Muhajirin : Abu Bakar Ash-Shidiq, dan dari golongan Bani Hasyim : Ali Bin Abi Thalib. Dan setelah terjadi perdebatan yang sangat panjang hingga akhirnya terjadi kesepakatan S. Abu Bakar Ash – Shidiq menjadi Khalifah yang pertama dan dibaiat pada tanggal 13 Ra. Awwal 11 H / 632 M. Inilah awal perselisihan diantara para sahabat, tapi perselisihan zaman kholifah Abu Bakar hanya bersifat untuk membela orang-orang kaya dan kelompok. Seperti para nabi Palsu dan orang –orang yang tidak mau membayar zakat. Orang-orang tersebut adalah :
a.    Musailamah Al – Khadzab     dari bani Hanifah.
b.    Thulaihah bin Khuwalaid        dari bani As’ad.
c.    Aswad Al – Ansi                     dari Yaman.
d.    Saj’ah Tamimiyah                  dari tamim.
Setelah  menjadi khalifah 2 tahun 3 bulan, maka wafatlah S. Abu Bakar dalam usia 63 tahun. Kemudian diangkatlah S. Umar Bin Khottob sebagai kholifah kedua pada tahun 13 H / 634 M, pada masa ini tidak nampak peselisihan dan perpecahan kecuali perselisihan dari orang-orang yang tidak diakui kebenarannya karena tidak berstandart dalil-dalil yang Shohih.
Sehingga pemerintahan S. Umar yang hanya 10 tahun 6 bulan 4 hari mampu memperluas Islam sampai daerah Syiria, Palestina, Irak, Persia & Mesir.
Ketika S. Umar  sakit dan mendekati ajalnya (akibat tusukan Abu Lu’lu’ah 6 kali) beliau menunjuk S. Utsman bin Affan, S. Ali bin  Abi Thollib, S. Zubair bin Awwam, S. Sa’ad bin Abi Waqoa, S. Abdur Rohman bin Auf dan S. Tolhah bin Ubaidillah untuk bermusyawarah memilih kholifah ketiga dan terpilih S. Utsman bin Affan menjadi khalifah pada tahun 23 H / 644 menggantikan S. Umar (meninggal usia 63 tahun).
Pada masa ini mulai  bermunculan perbedaan pendapat karena sistem pemerintahan menggunakan sistem famili, walaupun masih tetap mempertimbangkan kemampuan dan skill serta profesionalisme baik dalam kemampuan bidang agama maupun pemerintahan. Pada tahun 35  H/ 656 M S. Utsman meninggal akibat perpecahan umat Islam dan akibat dari orang-orang yang tidak menyukai sistem yang beliau terapkan.
Setelah  S. Utsman Wafat dalam usia 72 tahun dan menjadi kholifah selama 12 tahun, maka terjadilah kekacauan di Madinah selama 5 hari, kemudian S. Abdullah bin Saba’ (pemimpin Mesir) menunjuk S. Ali bin Ali Thollib sebagai kholifah keempat oleh karena itu pada tanggal 23 juni 656 M / 35 H, S. Ali bin Abi Thallib disumpah menjadi kholifah menggantikan Utsman, pada masa ini umat Islam pecah menjadi 3 golongan :
1.   Golongan yang mendukung dan mengasihi Ali bin abi Thallib : SYI’AH.
2.   Golongan yang merusak dan membantai S. Ali bin abi Thalib  : KHOWARIJ.
3.   Golongan acuh / apriori terhadap Ali bin Abi Thallib.
Dari kelompok yang  mendukung S. Ali pecah menjadi dua golongan.
a.   Golongan yang menuntut agar Ali menindak pembunuh Utsman.
b.   Golongan yang menuntut agar menenangkan keadaan setelah keadaan tenang baru menindak pembunuh Utsman.
Perselisihan yang tidak dapat dicari titik temu akhirnya menjadi peperangan antara pendukung S. Ali dengan pendukung Utsman yang dipimpin S. Mu’awiyyah bin abi Sofyan yang berakhir pengakuan S. Mu’awiyyah  sebagai pengganti S. Ali bin abi thallib.
S. Ali bin Abi Thallib memerintah selama 4  tahun 9 bulan, banyak umat Islam menjadi pecah beberapa golongan, hal ini disebabkan karena faktor semakin banyaknya umat Islam yang sampai kepenjuru dunia dan semakin banyaknya pemahaman didalam mengartikan / mentafsirkan Al-qur’an dan Hadist Nabi.

3.   Masa Tabi’in
Setelah terjadi perpecahan yang banyak dianara beberapa golongan yang dinilai oleh sekelomok orang banyak menyimpang maka timbul golongan yang mengaku ada beberapa kebenaran. 1. Golongan Mu’tazilah dan 2. Golongan Jabbariyah.
Pada masa itu muncul reaksi terhadap ajaran Mu’tazilah dan Jabbariyah yaitu semenjak Imam Al Asy’ari memisahkan diri dari ajaran Al-Juba’i (guru sekaligus ayah tiri) seorang guru besar Mu’tazilah yang mengajarkan bahwa manusia itu mempunyai kekuatan dari dalam dirinya, Allah hanya berbuat baik dan bagus dll.
Pemikiran baru yang dikemukakan oleh Imam Al-Asy’ari yang kemudian disempurnakan Imam Al-Maturidi dan inilah yang kemudian menjadi pijakan para pengikutnya hingga kini yang disebut dengan ASWAJA.
Pendapat-pendapat imam Mujtahid inilah yang menjadi rumusan kalau dalam  bidang :
a.   Fiqih  mengikuti salah satu madzab 4 (empat)
b.   Tauhid mengikuti salah satu Imam AL-Asy’ari dan A-Maturidi.
c.   Tasawwuf mengikuti rumusan imam Al-Junaidi.

4.   Akhir Abad ke 7 H
Pada tahun 671 lahir seorang tokoh bernama Ibnu Taimiyyah yang mengajarkan pendapat-pendapat yang menyimpang diantaranya :
a.   Ziarah ke Makam Nabi adalah Ma’siyat.
b.   Menyatakan talak / cerai sekaligus tiga kali tidak jadi talak tiga.
Ibnu Taimiyyah akhirnya dipenjara dan meninggal dipenjara tahun 728 M, namun ajarannya secara diam-diam diajarkan oleh para pengikutnya.
5.   Pertengahan Abad 12 H
Pada tahun 111 M lahir seorang tokoh Wahabby yaitu Muhammad bin Abdul Wahab. Dia menganut ajaran Ibnu Taimiyah bahkan ditambah dengan pendapat-pendapatnya sendiri antara lain :
a.   Menetapkan anggota tubuh bagi Allah.
b.   Allah berada pada ruang dan gerak.
c.   Tidak boleh taqid kepada  madzab 4.
d.   Mengharamkan tawasul dan mengharamkan ziarah kubur.

6.   Masa Wali Songo (Abad 14-16)
Pada Tahun 1404 M datang seorang Ulama bernama Syekh Maulana Malik Ibrohim / Syekh Maghribi yang berasal dari Turki (riwayat lain dari Gujarat) menyebarkan Islam ditanah Jawa tepatnya di Gresik. Setelah mempunyai pengikut cukup banyak beliau mendirikan pondok pesantren dan masjid.
Konon kabarnya beliau mendapat bantuan dari raja cermain dalam membangun dan mendirikan Pon.Pes di Gresik. S. Maulana Malik Ibrohim (S. Gresik) itu tidak hanya ahli dalam bidang agama saja, beliau juga ahli dalam bidang perekonomian. Ini terbukti peningkatan ekonomi pertanian sangat maju di Gresik.
Pada tahun 1401 M lahir seorang  putra bernama R. Rahmatullah (Sunan Ampel) dinegeri Cempa.
Salah satu ajarannya yang terkenal adalah Falsafah “MOLIMO” yaitu :
1.   emoh main (tidak mau judi)
2.   emoh ngumbe (tidak mau minum yang memabukkan)
3.   emoh madat (tidak mau minum/menghisap candu/narkoba) (S.Q. Al – Maidah  90)
يا أيهاالذين أمنوا انمالخمر والميسر ولانصاب والازلام رس من عمل الشيطان فاجتنبوه لعلكم تفلحون.

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras, judi berhala, dan undian – undian itu semua keji dan perbuatan syaitan, maka jauhilah olehmu, supaya kamu beruntung. S.Q. Al – Maidah  90)
4.   emoh maling


Artinya : “Jika  umatku tidak berbuat korupsi, maka tidak ada musuh yang dapat mengalahkan untuk selamanya". (H.R. Ath. Thabrani)
5.   emoh madon
لاتقربوا الزنا انه كانا فاحشة وسأ سبيلا
Artinya : “ Dan janganlah kamu mendekati Zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk “.

Dari sejarah walisongo tiga yang terkenal dengan sebutan orang yang keras didalam mengambil hukum dan tidak mau kompromi dengan adat istiadat, animisme dan dinamisme beliau   adalah : S. Ampel, Derajat dan Giri.
Sedangkan sunan Bonang, Kalijaga, Gunung Jati, Kudus, dan Muria didalam menyiarkan agama Islam masih menerima adat setempat, tapi berusaha mengikis adat istiadat yang bertentangan dengan agama Islam sementara adat yang sulit dihilangkan sementara dibiarkan agar tidak terjadi usaha kekerasan didalam penyebaran Islam.
Secara singkat peranan Wali Songo didalam menyebarkan agama Islam di Indonesia itu sangat toleran terhadap perbedaan pandang (tasamuh) asal tidak menyimpang dari koridor islam itu sendiri.
Adapun ajaran walisongo yang sampai sekarang diantaranya adalah :
1.   Tahlil mulai 3 hari, 7, 40, 100, mendak I, II, III dan 1000 hari.
2.   Ziarah kubur (S. Giri ziarah pada makam ibunya Puri Sekar dadu di Blabangan)
3.   Mengadakan Peringatan Hari Besar Islam  dengan berbagai acara (S.Kalijogo mengadakan Gong Sekaten dan Grebeg maulud pada  malam 12 R. Awwal)
4.   Tarawih 20 rekaat.
5.   Adzan jum’ah 2 kali.
6.   Sholat shubuh memakai qunut.
7.   Tawassul dan tabarruk dengan berbagai cara.
8.   Sedekah sebelum hajatan.
9.   Membaca kitab al – barjanji, manaqib dan lain-lain.

VI. BEBERAPA AJARAN KEIMANAN ASWAJA

1.    Orang  yang meyakini dengan hatinya dan menyatakan dengan lesannya (membaca Syahadatain) dan konsekwen menjalankan ajaran agama, keimanan yang seperti itu adalah keimanan yang sempurna dan langsung masuk surga.
2.    Orang yang meyakini dengan hatinya dan menyatakan dengan lesannya (membaca syahadatain) belum melaksanakan seluruh ajaran agama dan sering melakukan dosa besar. Orang seperti ini bisa masuk surga setelah dimasukkan neraka dan keimanan seperti ini belum  sempurna.
3.    Orang yang meyakini dengan hatinya, lesannya membaca syahadat, tapi sama sekali tidak mengamalkan ajaran agama imannya termasuk iman yang ringan.
4.    Orang yang meyakini dengan hatinya, tapi belum pernah membaca syahadatain juga tidak mengamalkan ajaran agama. Iman seperti ini adalah keimanan yang paling rendah derajatnya.
5.    Sifat Allah maha Esa menurut ASWAJA. Allah itu Esa (tunggal) Dzat – Nya, sifat-sifat-Nya dan Esa dalam perbuatannya.
لم يلد ولم يو لد
Allah itu Esa tidak  beranak dan diperanakkan.
6.    Orang  yang hatinya tidak meyakini, tapi membaca syahadatain dan tidak melaksanakan ajaran agama ia disebut munafiq.
-     Didunia kita perlakukan sebagai adanya (menurut pengakuannya)
-     Tetapi diakherat orang munafiq termasuk ahli neraka.
ان المنافقين في الدّرك الأ سفل من النار
Artinya :    “Sesungguhnya orang-orang munafiq itu ditempatkan yang paling rendah dari neraka“.

VII.         P E N U T U P

Karena zaman semakin akhir, maka gejala-gejala pendangkalan nilai dan norma agama terutama dalam aspek Aqidah makin tampak, ditambah lagi kecanggihan media baik elektronik maupun mess media. Oleh karena itu tiada alternatif lain bagi kita (generasi Muda NU) untuk memperdalam ilmu dibidang Aqidah tersebut agar kita tidak terbawa kedalam ajaran yang sesat.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan kepada kita bersama didalam langkah dan perjuangan menegakkan agama Islam Ala Ahlussunah Wal jama’ah. Amin.



DAFTAR PUSTAKA

1.    DEPAG RI. Al-Qur’an dalam terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah / pentafsir Al-qur’an 1971 M
2.    A. Zainuddin S.Ag dan M Jamhari S.Ag, Al-Islam Aqidah  & Ibadah CV. Pustaka Setia 1999 M.
3.    Baedlowi Syamsuri, Kisah Walisonggo Apollo Surabaya 1995 M
4.    Syekh Umar Abdul Jabbar Khulashoh Nurul yaqin Juz 2 & 3.
5.    K.H. M. Sya’roni Ahmadi Al – faroidus Saniyah 1922 M
6.    Syekh Al – Alamah K.H. Ali Ma’shum Yogyakarta Hujjah Ahlussunah Wal jama’ah.
                       




“Ke NU an”

I.    PENDAHULUAN
Ke-NU-an adalah segala sesuatu yang ada kaitannya dengan NU. Materi ke-NU-an dimaksudkan sebagai suatu materi yang membahas tentang  masalah yang ada hubungannya dengan Nahdlatul Ulama’.
NU adalah kepanjangan dari Nahdlatul Ulama yang secara harfiah artinya Kebangkitan Ulama. Pada hakekatnya Nahdlatul Ulama adalah organisasi umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah golongan yang tetap teguh setia mengikuti dan memegang teguh segala apa yang datang dari Nabi Muhammad Saw baik berupa sabda, tindakan maupun ketetapan nabi, dan memegang teguh kepada segala yang datang dari sahabat-sahabatnya.
Ahlussunnah Wal Jama’ah landasan dasar/hukum berpedoman kepada Kitabullah Al-Qur’an, Sunnah Nabi (Hadis), Ijma’ dan Qiyas.
Dalam masalah aqidah, Ahlussunnah Wal Jama’ah mengikuti Imam Abul Hasan Al Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al  Maturidi, dibidang Fiqh mengikuti salah satu Madzhab empat yaitu : Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali, sedang dibidang tasawuf mengikuti Imam Abul Qosim Al Junaidi dan Imam Ghozali.

II.    SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA NU
Secara formal NU lahir pada Tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan Tanggal 31 Januari 1926 M di Surabaya. Namun pada hakekatnya ajaran yang dianut dan diperjuangkan oleh  NU ini telah bersamaan dengan masuknya agama Islam di Indonesia.
Jika KH. Hasyim Asy’ari dikatakan sebagai pendiri NU, maka KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah sebagai orang yang mewujudkan gerakan tersebut menjadi suatu organisasi. Sepulang dari belajar di Makkah, KH. Abdul Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Wathon (1916)  di Surabaya. Organisasi ini bergerak pada bidang kepemudaan  dan pada tahun 1924 di Surabaya sedang bergejolak perjuangan politik melawan Belanda, disamping iti disana sini sedang membaranya masalah khilafiyah dikalangan umat. KH. Abdul Wahab Hasbullah sering terlibat dalam perdebatan sengit dengan ulama islam yang terkenal pada waktu itu untuk mencapai titik penyelesaiannya.
Sehubungan dengan pergolakan di Arab Saudi, maka KH. Abdul Wahab Hasbullah membentuk komite Hijaz yang merupakan delegasi untuk menghadap Raja Ibnu Sa’ud guna membicarakan masalah tersebut. Komite Hijaz inilah yang mengilhami berdirinya NU karena pertemuan yang diadakan pada tanggal 16 Rajab 1344 itu  memutuskan dua macam keputusan :
1.    Mengirim utusan ulama Indonesia ke Kongres dunia islam dengan memperjuangkan hukum ibadah berdasarkan madzhab empat.
2.    membentuk organisasi (Jam’iyyah) yang akan mengirimkan utusan tersebut atas usul KH. Alwi Abdul Azis yang diberi nama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Adapun nama ulama yang hadir pada waktu itu antara lain :
1. KH. Hasyim Asy’ari                           : Jombang.
2. KH. Bisyri Samsyuri                          : Jombang.
3. KH. Ridlwan                                      : Semarang.
4. KH. Abdul Wahab Hasbullah                        : Surabaya.
5. KH. Nahrowi                                      : Malang.
6. KH. Raden Asnawi                            : Kudus.
7. KH. Raden Hambali                          : Kudus.
8. KH. Nawawi                                      : Pasuruan.
9. KH. Kholil                                           : Bangkalan.

III. SEJARAH PERJUANGAN NAHDLATUL ULAMA

1.   Pada masa penjajahan Belanda sikap NU adalah tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Untuk menanamkan rasa benci terhadap penjajah, maka para Ulama mengharamkan sesuatu  yang berbau Belanda (Contoh : Pakai Celana, Dasi dll)
2.   Meskipun pada zaman Belanda tidak merupakan partai politik akan tetapi lapangan usahanya yang tidak hanya di bidang sosial keagamaan saja, namun international.
3.   Dalam melaksanakan dan mencerdaskan bangsa, sejak berdirinya NU telah mendirikan Pondok Pesantren, Madrasah yang tersebar luas diseluruh cabang-cabang di Indonesia.
4.   Dalam melaksanakan usahyanya, NU selalu menempuh cara-cara ayang lazim dalam ajaran Islam yaitu : Musyawarah, Demokrasi.
5.   Setiap usaha untuk mempersatukan umat Islam, NU aktif mempelopori acara tersebut dengan segala upaya untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah.
6.   Pada zaman penjajahan Jepang karena gigihnya melawan penjajah, NU termasuk organisasi  yang dibubarkan oleh facisme Jepang.
7.   Menjelang masa Kemerdekaan, NU ikut aktif dalam BPUPKI, bahkan KH.Wahid Hasyim ikut aktif dalam mempelopori sebagai panitia perumus UUD1945 dan Pancasila.
8.   Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda masih tetap aktif ingin menjajah kembali bangsa Indonesia, waktu itu Belanda mendaratkan tentaranya di Surabaya dengan berkedok sekutu maka NU tampil kedepan dengan pandangan Resolusi Jihadnya pada tanggal 22 Oktober 1945 yang menyatakan  Fardlu ‘ain hukumnya jihad melawan kafir Belanda, sehingga mampu menggerakkan arek-arek Surabaya itu pada tanggal 10 Nopember 1945 melawan Belanda.
9.   Sejak terbentuknya kabinat Syahrir Ketia ( 1946 ) sampai dengan kabinet Pembangunan Pertama 1973, NU selalu diberi kepercayaan jabatan sebagai Menteri – menteri.
10.    Ketika terjadiaffair Madiun (PKI) 1948, dengan laskar Hizbullah dan dibawah pimpinan Zaenul Arifin dan Sabilillah dipimpin KH. Masykur turut aktif menumpas PKI.
11.    Sejak tahun 1952 NU menjelma sebagai partai politik dan peranan NU semakin nyata dalam segala aktifitasnya yang bersifat politis kenegaraan maupun sosial kemasyarakatan.
12.    Pada waktu terjadi G.30 S PKI, NU tampil sebagai pelopor yang pertama untuk  menuntut pada pemerintah/presiden agar PKI dan Banomnya  dibubarkan (oktober1965)
13.    Didalam menumpas PKI dan penumbangan ORLA, manunggalnya ABRI bersama rakyat NU sangat menentukan. Pada waktu itu          H. Subhan, ZE menjadi ketua aksi penggayangan gestapu. GP.Ansor/Banser tampil terdepan dalam penggayangan tersebut.
14.    Pelajar dan mahasiswa NU turut ambil bagian terdepan dalam melaksanakan aksi penumbangan Orla dan Menegakkan Orba.
15.    Setelah adanya penyederhanaan partai 1975 dimana partai-partai Islam berfusi ke dalam wadah Partai Persatuan Pembangunan maka NU menyatakan menjadi Jam’iyyah sebagai kelahirannya 1926.
16.    Didalam masa pembangunan ini, partisipasi NU dalam negara dan bangsa digarap melalui bidang-bidang pokok :
a.   Bidang da’wah dan penyiaran agama.
b.   Bidang ekonomi  dan pembangunan.
c.   Bidang sosial dan kesejahteraan ( Mabarot )

IV.ASAS / AQIDAH, TUJUAN DAN LAMBANG NU
Aqidah;     Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyyah Diniyah Islamiyah beraqidah/berasas Islam  menurut Faham Ahlussunnah Wal Jama’ah dan menganut salah satu dari madzhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Asas;      Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara, Nahdlatul Ulama Berpedoman Kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan Dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia.
Tujuan;        Berlakunya ajaran Islam yangberhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah dan mengikuti salah satu madzhab 4 ditengah-tengah kehidupan masyarakat didalam wadah Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Lambang;  NU mempunyai lambang berupa gambar bola diikat dengan tali, dilingkari oleh l ima bintas diatas garis khatulistiwa, sehingga seluruhnya berjumlah sembilan bintang, serta terdapat tulisan Nahdlatul Ulama dengan huruf Arab yang melintang bola dunia dan menelusuri garis khatulistiwa. Lambang tersebut diciptakan oleh KH. RIDLWAN ABDULLAH, dilukis dengan warna putih diatas warna  hijau.

V.  STRUKTUR ORGANISASI
1.      Kepengurusan NU terdiri dari Musytasyar, Suriyah, Tanfidliyah.
2.      Mustasyar adalah pembina, pembimbing, penasehat kegiatan NU.
3.      Syuriah merupakan berfungsi sebagai pengelola, pengendali, pengawas, dan penentu kebijakan Jam’iyyah yang berlaku.
4.      Tanfidliyah merupakan pelaksana sehari-hari kegiatan NU.
5.      Mustasyar dibentuk hanya untuk tingkatan  pengurus Besar, Wilayah dan Cabang.
6.      Hak dan kewajiban syuriah dan Tanfidliyah diatur dalam Anggaran Dasar  dan Anggaran Rumah Tangga.

VI. BADAN OTONOM NU
Dalam rangka efektifitas dan pengembangan Nahdlatul Ulama, sudah semestinya ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang baik, olej karena itu dibutuhkan badan pelaksana yang disebut BANOM (badan Otonom) yang meliputi :
1.    Muslimat NU (26 Robi’ul Akhir 1365 H/ 29 Maret 1946 M)
2.    Anshor NU (10 Muharrom 1353 H/  24 April 1934) Bayuwangi, Jatim
3.    Fatayat NU (6 Rajab 1369 H/ 24 April 1950 M)
4.    IPNU (20 jumadil akhir 1373 H/ 24 Pebruari 1954) dalam Konbes Ma’arif NU
5.    IPPNU (8 Rajab 1374 H/ 2 Maret 1955 M) Solo

VII.  PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN ULAMA DALAM NU
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama adalah merupakan kumpulan para ulama yang bangkit dan membangkitkan pengikut-pengikutnya untuk dapat mengamalkan syariat Islam Ahlusunnah Wal jama’ah.
Kedudukan Ulama didalam NU menempati posisi sentral yaitu :
1.    Ulama sebagai pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
2.    Ulama sebagai Pengelola Nahdlatul Ulama.
3.    Ulama sebagai Pengendali Kebijakan – kebijakan Nahdlatul Ulama.
4.    Ulama sebagai panutan dan contoh tauladan bagi seluruh  warga Nahdlatul Ulama dan kaum Muslimin khususnya.
Itulah sebabnya, maka antara NU dan Ulama tidak dapat dipisah-pisahkan, artinya saling membesarkan, saling mengambil dan memberi manfaat. Nahdlatul Ulama tanpa Ulama akan gersang tidak ada artinya sama sekali, dan Ulama  yang keluar dari Nahdlatul Ulama berkurang bahkan hilang kemanfaatannya bagi masyarakat Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Dengan demikian posisi Ulama dan peranannya didalam Nahdlatul Ulama sangat penting, oleh karenanya secara organisatoris Ulama didalam NU disediakan lembaga khusus yang dinamakan “Lembaga Syuriah”.
Lembaga ini berfungsi sebagai pengelola, pengendali, Pengawas dan penentu semua kebijaksanaan dalam Nahdlatul Ulama, sehingga dapatlah dikatakan dan memang demikian kenyataannya, bahwa Ulama dan Nahdlatul Ulama  merupakan tiang penyangga utama atau soko guru.
Ulama dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan, karena Jam’iyyah NU merupakan wadah untuk mempersatukan diri. Disamping itu NU juga merupakan wadah untuk menyatukan langkah. Dalam rangka usaha melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal jama’ah.
Merupakan kenyataan sejarah yang tidak bisa dibantah, bahwa keberadaan Ulama dan Nahdlatul Ulama  tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan umat Islam dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan umat Islam di Indonesia, semenjak masuknya sampai sekarang.

Referensi :
Kebangkitan Islam dan Peranan NU di Indonesia, PT Bina Ilmu, Surabaya.
Vis a Vis NU, LKIS, Jakarta 2002

Ke IPNU-IPPNU an
I.    PENDAHULUAN
IPNU-IPPNU sebagai organisasi keagamaan yang berhaluan Islam Ahlussunah wal Jamaah, ternyata dalam perkembangannya mengalami perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh tuntutan situasi dan kondisi.
Oleh karenanya menjadi kewajiban setiap warga IPNU-IPPNU untuk terus mempelajari perubahan itu, mengkajinya kemudian mencoba untuk mengatisipasinya. Dan tentunya faktor historis sangat mendukung pula apabila warganya juga senantiasa merenunginya, mempelajari motivasi apa yang melatarbelakangi kelahirannya, dan bagaimana perkembangan organisasi ini dari masa ke masa. Karena dari segi historis pula kita akan mampu untuk menentukan langkah dan alternatif apa yang terbaik yang akan kita jadikan saran untuk terus menyebarluaskan IPNU - IPPNU sekaligus wadah generasi muda NU untuk menyalurkan aspirasi sekaligus sebagai media dakwah.
II.   SEJARAH KELAHIRAN IPNU DAN IPPNU
Ketika NU dilahirkan pada tahun 1926 adalah sebagai reaksi spontan terjadinya penyimpangan ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah di dalam negeri dan dunia internasional, hal ini mendapat sambutan dan dukungan luar biasa dari berbagai komunitas, baik tua maupun muda, terpelajar maupun awam. Terbukti dengan munculnya berbagai organisasi pelajar dan santri di berbagai pelosok negeri, tahun 1936 di Surabaya berdiri Tsamrotul Mustafidin dan PERSANO (Persatuan Nahdlatul Oelama’) di Malang. Pada tahun 1941 berdiri PAMNO (Persatuan Anak Murid Nahdlatul Oelama’), dan tahun 1945 berdiri Ikatan Murid Nahdlatul Oelama’ (IMNO), tahun 1946 di Sumbawa berdiri Idjtimaut Tolabah Nahdlatul Oelama’ (ITNO), dan masih banyak organisasi yang bermuatan lokal.
Pergerakan tumbuhnya organisasi tersebut nampak menggeliat pada tahun lima puluhan, dengan berdirinya beberapa organisasi pelajar di tingkat lokal seperti IKSIMNO (Ikatan Siswa Mubalighin Nahdlatul Oelama’) tahun 1952 di Semarang, PERSENO (persatuan Pelajar Nahdlatul Oelama’) 13 Juni 1953 di Kediri, IPINO (Ikatan Pelajar Islam Nahdlatul Oelama) 27 Desember 1953 di Surakarta, dll.
Meskipun pendirian berbagai organisasi lokal tersebut atas inisiatif dan kreatifitas sendiri namun pada dasarnya mereka berpijak pada satu keyakinan untuk menegakkan Dien Al Islam Ahlussunah Wal Jama’ah. Kesamaan itulah yang kemudian mendorong didirikannya organisasi pelajar dan santri di tingkat nasional.
Tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H bertepatan dengan tanggal 24 Pebruari 1954 M, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) secara resmi dibentuk melalui persidangan Konbes Ma’arif NU pelopornya antara lain : M. Sofyan, Cholil, mustahal, Achmad Masjhub dan A. Ghani Farida M. Uda. Sebagai ketua umum disepakati Mochamad Tolchah Mansur.
Tanggal 28 Pebruari 1955 IPNU melaksanakan Konggres yang pertama di Malang Jawa Timur. Dalam forum ini diundang beberapa tokoh pelajar, santri, dan mahasiswa putri. Dari sinilah muncul gagasan untuk mendirikan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Tanggal 8 Rajab 1374 H / 2 Maret 1955 M IPPNU secara resmi didirikan di Solo, dan dipilih Umroh Mahfudhoh sebagai ketua umumnya.
Status organisasi IPNU dan IPPNU semula menjadi anaak asuh LP. Ma’arif NU dan sejak tanggal 30 Agustus 1960 (Konggres IPNU VI dan IPPNU V). Status keduanya menjadi salah satu Badan Otonom NU  yang tercantum dalam AD NU pasal 13 ayat 4.
III. DINAMIKA PERKEMBANGAN IPNU - IPPNU
  1. Kondisi IPNU - IPPNU sebelum khithoh NU
Sebagai salah satu badan otonom NU, perkembangan IPNU - IPPNU tidak terlepas dari keberadaan NU, pada saat NU berstatus parpol tahun 1955 yang juga merupakan tahun-tahun perkembangan awal IPNU - IPPNU ternyata belum begitu banyak berkembang karena senantiasa bergelut dengan permasalahan politik praktis, sehingga yang terjadi prioritas IPNU-IPPNU perhatian adalah masalah perkembangan kuantitas bukan kualitas dan iklim yang berkurang sehat ternyata telah juga mempengaruhi perkembangannya, dan tragisnya banyak kader IPNU - IPPNU harus memakai baju lain dan kurang leluasa memakai identitas NU dalam gerak sosial dalam masyarakat.
Hal inilahlah yang kemudian juga melatar belakangi berdirinya PMII. Ketika soekarno berkuasa dan merekrut NU dalam sistem NASAKOM (Nasional Agama dan Komunis) dalam kabinetnya, tak urung sikap kritis IPNU-IPPNU sangat sulit untuk diungkapkan. IPNU-IPPNU yang terdiri dari komponen pelajar, Santri dan Mahasiswa pada saat itu mempunyai divisi (saat ini serupa dengan departemen atau lembaga) Kemahasiswaan yang menggarap bidang kemahasiswaan. Kebijakan-kebijakan rezim pemerintah saat ini sangat sulit dan sungkan untuk dikritisi. Sedangkan di satu sisi para mahasiswa NU merasa gerah akibat sikap idealisme mereka yang tersekat.
Ketika komunis mulai giat untuk bergerak dan Soekarno dianggap lemah memunculkan kekhawatiran para mahasiswa pada saat itu untuk bergerak mengamankan NKRI. Sehingga IPNU-IPPNU kemudian melakukan beberapa kali informal meeting untuk menyikapi hal tersebut yang kemudian muncul keinginan untuk membentuk suatu organ mahasiswa yang berisi komunitas mahasiswa NU untuk bisa bersikap kritis di luar sistem NU yang saat itu cukup dekat dengan pemerintah. Akhirnya para tokoh IPNU-IPPNU saat itu kemudian pada tanggal 17 April 1960 membidangi berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
B.   Kondisi IPNU - IPPNU sesudah Khithoh NU 1926 dan Kongres Jombang
Tepatnya diawali oleh hasil muktamar NU XXVII di Situbondo Jawa Timur khithoh NU 1926 terjawab, sehingga perjuangan NU adalah dalam bidang dakwah, Mabarot dan Pendidikan sebagaimana garis perhubungan yang telah ditetapkan oleh pendiri NU dan ternyata khithoh NU telah membawa angin segar IPNU - IPPNU merasakan keleluasaan memakai identitas NU karena NU bukan lagi menjadi salah satu parpol tetapi sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.
Sedang kondisi IPNU - IPPNU pasca Kongres Jombang ternyata juga banyak membawa perubahan semula basis pembinaan IPNU - IPPNU adalah hanya putra – putri NU yang berstatus sebagai pelajar, tetapi sejak ditetapkannya perubahan nama dari Ikatan Putra Nahdlatul Ulama, berarti basis pembinaan IPNU - IPPNU semakin luas yakni seluruh putra – putri NU baik berstatus pelajar, santri maupun mahasiswa dan ternyata orientasi IPNU - IPPNU pun harus semakin luas.
IV.      PERJALANAN IPNU DAN IPPNU DARI MASA KE MASA
A.  Masa Pertumbuhan
Masa ini ditandai berlangsungnya Muktamar IPPNU 1 di Yogyakarta Januari 1956 dan Muktamar IPNU ke II,1-4 Januari 1956 di Pekalongan yang berhasil mamutuskan adanya lambang IPNU,pada masa itu juga masa yang sulit namun IPNU dan IPPNU tetap eksis melakukuan aktifitasnya.
B.  Masa Pengokohan
Di masa ini IPNU  semakin mampu menunjukkan jati dirinya dan sekaligus melakukan penataan serta pemantapan langkah organisasi.Hal ini bisa dilihat ketika IPNU memasuki WAY (world Assembly of Youth ) suatu organisasi kepemudaan dunia yang berafilitasi kepada UNESCO,Di masa ini pula IPNU –IPPNU melahirkan PMII tanggal 21 syawal 1379 H /17 April 1960 M.
C.   Masa Pembaktian
Masa ini kerja keras IPNU-IPPNU mulai menunjukkan hasilnya terbukti banyaknya kader dan binaan yang mendapatkan kedudukan sebagai pimpinan di berbagai sektor.Pada masa inilah dibentuk CBP (Crop Brigade Pembangunan) berdasar PP No lV Th.1965 dengan tujuan mengamankan Pembangunan dan Revolusi Indonesia.
D.  Masa Pembaruan
Periode ini diawali diselenggarkannya Kongres IPNU ke IX dan IPPNU ke VIII di Cirebon.Kongres ini banyak mengkritisi kegiatan yang terbengkalai akibat kebijakan pemerintah yang membatasi IPNU-IPPNU sebagai organisasi ekstrakulikuler dalam sekolah-sekolah,dan memberikan peluang yang besar kepada CSIS.Setelah berbagai macam cobaan yang dialami pd tgl 29-31 Desember 1988 IPNU-IPPNU menggelar Kongresnya kembali yang ke X dan IX di Jombang.Dalam Kongres ini lahir keputusan penting ,yaitu pembaruan singkatan IPNU menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama’ dan IPPNU menjadi Ikatan Putri –Putri Nahdlatul Ulama’.Asas Islam Ahlussunnah Waljamaah diganti dengan asas Pancasila .Hal tersebut sebagai upaya penyesuaian atas diberlakukannya UU No 8 Th 1985 tentang Keormasan.Pasca Kongres Jombang dinamika organisasi berjalan secara dinamis,bahkan mampu menularkan citra diri IPNU-IPPNU.
Kongres ke XI dan X di Lasem masih merupakan penguatan hasil.Kongres XII dan XI di Garut mulai dipertanyakan kembali perubahan nama IPNU dan IPPNU.Isu pengambilan nama mulai digulirkan,namun IPNU dan IPPNU masih tetap sebagaimana hasil Kongres Jombang.
E.  Periode Penegasan
Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan masa, IPNU dan IPPNU pun mengalami berbagai dinamika organisasi. Setelah perubahan nama” Pelajar” menjadi “Putra “ dan “ Putri” membuka peluang bagi remaja dan pemuda NU untuk bergabung sekaligus berekspresi melalui IPNU dan IPPNU sehingga sering terjadi pembelokan Visi dari Visi kepelajaran dan santri menjadi visi kepemudaan. Hal inilah nyang kemudian direkomendasikan oleh kongres IPNU dan IPPNU ke XIII dan XII di Makassar Sulawesi Selatan dalam wujud Deklarasi. Dimana IPNU dan IPPNU kenmbali kevisi kepelajaran denga basic anggota: remaja, santri, pelajar dan mahasiswa. Pasca Kongres ini berhasil didirikan komisariat IPNU dan IPPNU di berbagai Perguruan Tinggi dan Pondok Pesantren.
F.  Periode Pasca Kongres Surabaya 2003
Hasil Kongres Surabaya merupakan kesadaraan bersama para kader IPNU-IPPNU untuk merubah nama dan sekaligus visi kepelajaran dan orientasi pengkaderannya baik di Pondok Pesantren maupun disekolah-sekolahan. Kongres telah mengembalikan IPNU dan IPPNU pada garis perjuangan yang semestinya. Artinya IPNU dan IPPNU adalah Organisasi Pelajar dan Organisasi Kader. Merujuk hasil Kongres tersebut menuntut komitmen bersama untuk dapat mewujudkan/mengembalikan masa keemasan kita yang telah hilang, karena riskan bahkan ironis bila momen ini tidak dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan seoptimal mugkin oleh semua jajaran NU, khususnya IPNU dan IPPNU lebih khusus lagi Pondok Pesantren dan Ma’arif.
G. Periode 2003-2009
Periode ini IPNU-IPPNU diuji dengan berbagi bentuk kepentingan, karena melihat realita yang terjadi dalam pemilihan umum baik lokal maupun nasional, oleh karena itu dalam masa ini IPNU-IPPNU berkomitmen mengembalikan lagi kepada Khittoh perjuangan yaitu sebagi organisasi kader dan kepelajaran

V.  PENGERTIAN, TUJUAN DAN USAHA
A.   Pengertian
IPNU dan IPPNU adalah organisasi yang berazaskan pancasila, beraqidah Islam Ahlussunah Wal Jama’ah yang mengikuti salah satu madzhab 4 (empat) (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) yang bersifat keagamaan, kekeluargaan, kemasyarakatan dan kepemudaan yang dilahirkan pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H untuk IPNU dan 8 Rojab 1374 H untuk IPPNU.
B.   Tujuan IPNU - IPPNU
Tujuan IPNU - IPPNU adalah sebagai berikut :
1.    Terbentuknya kesempurnaan pelajar Indonesia yg bertaqwa kepada Allah, berilmu dan berakhlakul karimah.
2.    Terbentuknya kader Islam yang berwawasan kebangsaan.
3.    Bertanggung jawab atas tegak dan berkembangnya syari’ah Islam menurut faham Aswaja.
4.    Terbentuknya masyarakat Indonesia yang adil makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
C.   Fungsi :
 Wadah perjuangan dalam pendidikan dan kepelajaran, wadah pengkaderan dalam mempersiapkan kader-kader bangsa dan pemimpin NU, wadah penguwatan dalam melaksanakan dan mengembangkan islam ahlussunnah waljamaah untuk melanjutkan semangat jiwa dan nilai-nilai nahdliyin, wadah komunikasi untuk meperkokoh ukhuwah nahdliyah, islamiyah, insaniyah dan wathoniyah.
D.   Usaha IPNU-IPPNU
Usaha IPNU-IPPNU adalah sebagai berikut :
1.   Menghimpun dan membina Pelajar NU dalam wadah IPNU – IPPNU.
2.   Mempersiapkan kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa.
3.   Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat.
4.   Menjalin dan mengusahakan kerja sama dengan berbagai pihak selama tidak merugikan IPNU – IPPNU.
VI.     KEANGGOTAAN, PERMUSYAWARATAN, STRUKTUR, LAMBANG
1.  Keanggotaan IPNU dan IPPNU
Keanggotaan IPNU dan IPPNU terdiri dari :
Anggota biasa, yaitu Pelajar Indonesia yang menyetujui PD / PRT IPNU – IPPNU.
Anggota Istimewa, yaitu Alumni pengurus IPNU - IPPNU dan orang yang dianggap berjasa terhadap organisasi IPNU – IPPNU.
Setiap anggota berkewajiban :
1)    Menjaga dan membela ajaran agama Islam.
2)    Menaati Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga serta Peraturan Organisasi.
3)    Membayar iuran anggota.
Setiap anggota biasa berhak :
1)       Memperoleh perlakuan yang sama dari / untuk organisasi.
2)       Mengeluarkan usul, saran serta pendapat.
3)       Mengikuti kegiatan yang diselenggarakan organisasi
4)       Memilih dan dipilih sebagai pengurus.
2.     Struktur Kepengurusan IPNU dan IPPNU
Struktur
Singkatan
Tingkat
Masa Jabatan IPNU
Masa Jabatan
IPPNU
PP
Pimpinan Pusat
Ibu Kota
3 Tahun
3 Tahun
PW
Pimpinan Wilayah
Propinsi
3 Tahun
3 Tahun
PC
Pimpinan Cabang
Kabupaten/Kota
2 Tahun
2 Tahun
PAC
Pimpinan Anak Cabang
Kecamatan
2 Tahun
2 Tahun
PK
Pimpinan Komisariat
Sekolah/Ponpes/PT
1 Tahun
1 Tahun
PR
Pimpinan Ranting
Desa/kelurahan
2 Tahun
2 Tahun
3.     Permusyawaratan IPNU dan IPPNU
a.   KONGRES         
b.   RAKERNAS        (Rapat Kerja Nasional)
c.   KONBES             (Konferensi Besar)
d.   RAPIMNAS         (Rapat Pimpinan Nasional)
e.   KONWIL              (Konferensi Wilayah)
f.    RAKERWIL         (Rapat Kerja Wilayah)
g.   RAPIMWIL          (Rapat Pimpinan Wilayah)
h.   KONCAB            (Konferensi Cabang)
i.    RAKERCAB        (Rapat Kerja Cabang)
j.    RAPIMCAB         (Rapat Pimpinan Cabang)
k.   KONFERENSI ANAK CABANG
l.    RAPAT KERJA ANAK CABANG
m. RAPAT ANGGOTA
VII.    LAMBANG ORGANISASI
a.  LAMBANG IPNU
1)       Lambang organisasi berbentuk bulat
2)       Warna dasar hijau berlingkar kuning ditepinya dengan diapit dua lingkaran putih.
3)       Dibagian atas tercantum huruf IPNU dengan titik diantaranya diapit oleh tiga garis pendek (satu diantaranya lebih panjang pada bagian kanan dan kirinya, semua berwarna putih).
4)       Dibawahnya terdapat bintang sembilan, lima terletak sejajar yang satu diantaranya lebih besar terletak ditengah dan empat bintang lainnya terletak mengapit membentuk sudut segi tiga, semua berwarna kuning.
5)       Diantara bintang yang mengapit terdapat dua kitab dan dua bulu angsa yang bersilangan berwarna putih.

Arti Lambang IPNU :
§  Warna hijau : subur, warna kuning : himmah/cita-cita yang tinggi, warna putih : suci.
§  Bentuk bulat : kontinuitas / terus-menerus / istiqomah
§  Tiga titik diantara huruf IPNU : Islam, Iman, Ikhsan
§  Enam garis / strip pengapit huruf IPNU : Rukun Iman
§  Bintang : ketinggian cita-cita
§  Sembilan bintang : Lambang keluarga besar NU
       5 bintang diatas : 1 bintang yang besar ditengah : Nabi Muhammad SAW sedangkan 4 bintang di kanan kiri : Khulafaur Rosyidin, yaitu sahabat : Abu bakar Ashidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib RA.
       4 bintang di bawah : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki ra.
§  Dua kitab : Al-Qur’an dan Al-Hadits
§  Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu angsa bersilang : sintesis / perpaduan ilmu agama dan ilmu umum.
§  Bintang bersudut 5 : Rukun Islam

b.  LAMBANG IPPNU

a.    Lambang organisasi segitiga sama kaki.
b.    Warna dasar hijau bergaris berwarna kuning yang diapit dua warna putih ditepinya.
c.    Isi lambang : Bintang sembilan, yang satu besar terletak diatas, empat menurun disisi kiri dan empat lainnya menurun disisi kanan dan berwarna kuning. Dua kitab dan dua bulu ayam bersilang berwarna putih, dua bunga melati di sudut bawah berwarna putih.
d.    Dibawah dua bulu dan diantara dua bunga melati terdapat tulisan IPPNU dengan titik diantara huruf-hurufnya berwarna putih.
Arti Lambang IPPNU :
§  Warna hijau : kebenaran, warna kuning : kejayaan dan himmah / cita-cita yang tinggi, warna putih : kesucian.
§  Bentuk segi tiga : Islam – Iman – Ikhsan
§  Dua garis tepi : 2 Kalimat Syahadat
§  Sembilan bintang : Lambang keluarga besar NU
       1 bintang yang besar diatas : Nabi Muhammad SAW
       4 bintang menurun di sisi kanan : Khulafaur Rosyidin, yaitu sahabat : Abu bakar Ashidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib RA.
       4 bintang menurun di sisi kiri : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki ra.
§  Dua kitab : Al-Qur’an dan Al-Hadits
§  Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu bersilang :aktif menuntut ilmu agama dan ilmu umum, aktif membaca dan menulis.
§  Dua bunga : sintesis / perpaduan ilmu agama dan ilmu umum
§  Lima titik diantara huruf IPPNU : Rukun Islam.

VIII.  BIDANG GARAPAN IPNU DAN IPPNU
Bidang garapan IPNU - IPPNU terbagi pada tiga bagian :
a.  Bidang Organisasi
b.  Bidang Kaderisasi
c.  Bidang Partisipasi
Penjelasan :
a.    Bidang Organisasi
Dalam bidang ini ditargetkan terwujudnya konsolidasi organisasi IPNU - IPPNU mencakup pemantapan struktur, personalia dan pemantapan wawasan anggota serta makin mantapnya peran organisasi dalam perkembangan ormas kepemudaan dan masyarakat.

b.    Bidang Kaderisasi
Dalam bidang ini ditargetkan terbentuknya kader-kader yang loyal dan berdedikasi berwawasan kebangsaan, komitmen terhadap nilai dasar perjuangan dan memiliki kemampuan manajerial serta laku gerak akhlakul karimah.
Adapun jenjang pengkaderan dalam IPNU - IPPNU adalah :
1.    Makesta (Masa Kesetiaan Anggota)
2.    Lakmud (Pelatihan Kader Muda)
3.    Lakut  (Pelatihan Kader Utama)
Bentuk ini adalah pengkaderan formal, dan masih banyak bentuk pengkaderan lainnya. Misalnya Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pelatihan Pelatih dan lain-lain.
c.    Bidang Partisipasi
Target programnya adalah menumbukan kesadaran dan kepedulian anggota dan kader terhadap pembangunan bangsa dan kepedulian menjalin kerja sama dengan ormas pemuda, Lembaga Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat, serta kepedulian menghayati khitoh nahdliyah.
IX.          MARS IPNU DAN IPPNU

MARS IPNU
Wahai Pelajar Indonesia
Siapkanlah Barisanmu
Bertekad Bulat Bersatu
Di Bawah Kibaran Panji IPNU

Ayo Hai Pelajar Islam yang Setia
Kembangkanlah Agamamu
Dalam Negara Indonesia
Tanah air yang kucinta

Dengan berpedoman kita belajar
Berjuang serta bertaqwa
Kita bina watak nusa dan bangsa
Tuk kejayaan masa depan

Bersatu wahai pelajar Islam jaya
Tunaikanlah kewajiban yang mulia
Ayo maju pantang mundur
Dengan rahmat Tuhan
kita perjuangkan
Ayo maju pantang mundur
Pasti tercapai adil makmur
MARS IPPNU
Sirnalah gelap terbilah terang
Mentari timur sudah bercahya
Ayunkan langkah pukul genderang
Sgala rintangan mundur semua

Tiada laut sedalam iman
Tiada gunung setinggi cita
Sujud kepala kepada Tuhan
Tegak kepala lawan derita

Di malam yang sepi di pagi yang terang
Hatiku teguh padamu ikatan
Di malam yang hening
di pagi membakar
Hatiku penuh bagimu pertiwi

Mekar seribu bunga di taman
Mekar cintaku pada ikatan
Ilmu ku cari amal ku beri
Untuk agama bangsa negeri


X.    PRINSIP PERJUANGAN IPNU-IPPNU
Dalam kitab suci Al Qur’an, ditegaskan, makna manusia sebagai khalifah memiliki dimensi sosial (horizontal), yakni mengenal alam (QS 2:31), memikirkannya (QS 2: 164) dan memanfaatkan alam dan isinya demi kebaikan dan ketinggian derajat manusia sendiri (QS 11:61). Sedangkan fungsi manusia sebagai abdullah memiliki dimensi ilahiah (vertical) yaitu mempertanggungjawabkan segala perbuatan dan ucapan di hadapan Allah swt.
Menghidupi cita-cita perjuangan dan tantangan sosial tersebut mendorong IPNU-IPPNU untuk merumuskan konsepsi ideologis  (pandangan hidup yang diyakininya) berupa Prinsip Perjuangan IPNU-IPPNU sebagai  landasan berfikir, analisis, bertindak, berperilaku, dan berorganisasi. Prinsip Perjuangan IPNU-IPPNU adalah perwujudan dari tugas pesan kenabian dalam konteks IPNU-IPPNU


I.   LANDASAN BERFIKIR IPNU
Sebagaimana ditetapkan dalam khittah 1926, Aswaja (Ahlussunnah wal jamaah) adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak bagi warga Nahdliyin. Sikap dasar itu yang menjadi watak IPNU, dengan watak keislamannya yang mendalam dan dengan citra keindonesiaannya yang matang. Semua itu kemudian diwujudkan dalam berfikir dan bersikap serta bertindak.
Cara Berfikir: Cara berfikir menurut IPNU sebagai gambaran dari ahlussunah wal jama’ah adalah cara berfikir teratur dan runtut dengan memadukan antara dalil naqli (yang berdasar Al qur’an dan Hadits) dengan dalil aqli (yang berbasis pada akal budi) dan dalil waqi’i (yang berbasis pengalaman).
Cara Bersikap: IPNU memandang dunia sebagai kenyataan yang beragam; karena itu keberagaman diterima sebagai kenyataan. Namun juga bersikap aktif yakni menjaga dan mempertahankan kemajemukan tersebut agar kehidupan harmonis (selaras), saling mengenal (lita’arofu) dan memperkaya secara budaya. Sikap moderat (selalu mengambil jalan tengah) dan menghargai perbedaan menjadi semangat utama dalam mengelola kemajemukan tersebut. Dengan demikian IPNU juga menolak semua sikap yang mengganggu keanekaragaman atau keberagaman budaya tersebut.
Cara Bertindak: Dalam bertindak, aswaja mengakui adanya kehendak Allah (taqdir) tetapi aswaja juga mengakui bahwa Allah telah mengkaruniai manusia pikiran dan kehendak. Karena itu dalam bertindak aswaja IPNU sebagaimana dirumuskan Imam Abu Hasan Al Asy’ari, tidak bersikap menerima begitu saja dan menyerah kepada nasib dalam menghadapi kehendak Allah, tetapi berusaha untuk mencapai taqdir Allah dengan istilah kasab (usaha). Namun demikian, tidak harus berarti bersifat antroposentris (mendewakan manusia), bahwa manusia bebas berkehendak (seperti Qodariyah). Tindakan manusia tidak perlu di batasi dengan ketat, karena akan dibatasi oleh alam, oleh sejarah. Sementara Allah tidak dibatasi oleh faktor-faktor itu. Dengan demikian tindakan aswaja IPNU bukan tindakan yang sekuler melainkan sebuah proses pergerakan iman yang mengejawantah dalam seluruh aspek kehidupan.

II.  LANDASAN BERSIKAP

Nilai-nilai tersebut adalah:
1.  Diniyyah/agama
a.    Tauhid (at-tauhid) merupakan keyakinan yang kokoh terhadap Allah swt. Sebagai ruh dan sumber inspirasi berpikir dan bertindak.
b.    Persaudaraan dan persatuan (al-ukhuwwah wal-ittihad) dengan mengedepankan sikap mengasihi (welas asih) sesama makhluk.
c.    Keluhuran moral (al-akhlaqul karimah) dengan menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran  (as-shidqu). Bentuk kebenaran dan kejujuran yang dipahami:
As-shidqu ila llah.  Sebagai pribadi yang beriman selalu  melandasi diri dengan perilaku benar dan jujur, karena setiap tindakan  senantiasa dilihat sang khalik.
Ashidqu ila ummah, sebagai makhluk sosial dituntut bersikap kesalehan dalam bermasyarakat, jujur dan benar kepada masyarakat dengan senantiasa melakukan pencerahan terhadap masyarakat.
Ash shidqu ila an-nafsi, jujur dan benar kepada  diri sendiri merupakan sikap perbaikan diri dengan semangat peningkatan kualitas diri.
Amar ma'ruf nahy munkar, sikap dakwah selalu menyerukan kebaikan dan mencegah segala bentuk kemunkaran.
2.  Keilmuan, prestasi, dan kepeloporan
a.  menunjunjung tinggi ilmu pngetahuan dan teknologi dengan semangat peningkatan kualitas SDM IPNU dan menghargai ahli-ahli atau sumber pengetahuan secara proporsional.
b.  Menunjunjung tinggi nilai-nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala.
c.  Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan mempercepat perkembangan masyarakat.


3.  Sosial kemasyarakatan
a.  Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara dengan semangat mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.
b.  Selalu siap mempelopori setiap perubahan yang membawa manfaat bagi kemaslahatan manusia.
4.  Keikhlasan dan loyalitas
a.  menjunjung tinggi sifat keikhlasan dalam berkhidmah dan berjuang
b.  menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa, dan negara dengan melakukan ikhtiar perjuangan di bawah naungan IPNU

III.LANDASAN BERORGANISASI

1.    Ukhuwwah
Sebuah gerakan mengandaikan sebuah kebersamaan, karena itu perlu diikat dengan ukhuwah (persaudaraan) atau solidaritas (perasaan setia kawan)  yang kuat (al urwatul wutsqo) sebagai perekat gerakan tersebut. Adapun gerakan ukhuwah  IPPNUadalah meliputi :
a.  Ukhuwwah Nahdliyyah
b.  Ukhuwwah Islamiyyah
c.  Ukhuwwah Wathaniyyah
d.  Ukhuwwah Basyariyyah

2.    Amanah
Dalam kehidupan yang serba bersifat duniawi (kebendaan), sikap amanah mendapat tantangan besar. Namun demikian perlu terus dipertahankan. Sikap amanah (saling percaya) ditumbuhkan dengan membangun kejujuran baik pada diri sendiri maupun pihak lain.

3.    Ibadah (pengabdian)
Berjuang dalam NU untuk masyarakat dan bangsa haruslah berangkat dari semangat pengabdian, baik mengabdi pada IPNU, umat, bangsa, dan seluruh umat manusia. Dengan demikian mengabdi di IPNU bukan untuk mencari penghasilan mencari pengaruh atau mencari jabatan. Tetapi memiliki tugas berat dan mulia.

4.    Asketik (Kesederhanaan)
Sikap amanah dan pengabdian muncul bila seseorang memiliki jiwa asketik (bersikap zuhud/sederhana). Karena pada dasarnya sikap materialistik (hubbud dunya) akan menggerogoti sikap amanah dan akan merapuhkan semangat pengabdian.

5.    Non Kolaborasi
Landasan berorganisasi yang ke-5 ini perlu ditegaskan kembali, mengingat dewasa ini banyak lembaga yang didukung oleh pemodal asing yang menawarkan berbagai jasa dan dana yang tujuannya bukan untuk memandirikan, melainkan untuk menciptakan ketergantungan dan pengaburan terhadap khittah serta prinsip-prinsip gerakan NU secara umum, melalui campur tangan dan pemaksaan ide dan agenda mereka.

6.    Komitmen Pada Korp
Untuk menerapkan prinsip-prinsip serta menggerakkan roda organisasi maka perlu adanya kesetiaan dan kekompakan dalam korp (himpunan) organisasi. Karena itu seluruh korp harus secara bulat menerima keyakinan utama yang menjadi pandangan hidup (akidah ideologi) dan seluruh prinsip organisasi.
Demikian juga pimpinan tidak hanya cukup menerima ideologi akidah serta prinsip pergerakan tetapi harus menjadi pelopor, teladan dan penggerak prinsip-prinsip tersebut.


7.    Kritik-Otokritik
Untuk menjaga keberlangsungan organisasi serta memperlancar jalannya program maka perlu adanya cara kerja organisasi. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kemandekan atau bahkan penyimpangan maka dibutuhkan semacam peraturan sebagai kontrol terhadap kinerja dalam bentuk kritik-otokritik (saling koreksi dan introspeksi diri).

IV.     JATI DIRI IPNU

1.    Hakikat dan Fungsi IPNU
a.    Hakikat
IPNU adalah wadah perjuangan Pelajar NU untuk mensosialisasikan komitmen nilai-nilai keislaman, kebangsaan, keilmuan, kekaderan, dan keterpelajaran dalam upaya penggalian dan pembinaan kemampuan yang dimiliki sumber daya anggota, yang senantiasa mengamalkan kerja nyata demi tegaknya ajaran Islam Ahlussunnah wal jamaah dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
b.    Fungsi
IPNU berfungsi sebagai:
1)   Wadah berhimpun Pelajar NU untuk mencetak kader akidah.
2)   Wadah berhimpun pelajar NU untuk mencetak kader ilmu
3)   Wadah berhimpun pelajar NU untuk mencetak kader organisasi.

Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran panggilan dan pembinaan (target kelompok) IPNU adalah setiap Pelajar bangsa yang syarat keanggotaannya, sebagaimana ketentuan dalam PD/PRT IPNU

2.    Posisi IPNU
a.    Interen (dalam lingkungan NU)
IPNU sebagai perangkat dan badan otonom NU, secara kelembagaan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat dengan badan-badan otonom lainnya, yaitu memiliki tugas utama melaksanakan kebijakan NU, khususnya yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu.
b.    Eksteren (di luar lingkungan NU)
IPNU adalah bagian dari  generasi muda  Indonesia yang memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa dan Negara Republik Indonesia dan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya dan cita-cita perjuangan NU serta cita-cita bangsa Indonesia.

3.    Orientasi  (Tujuan) IPNU
Orientasi IPNU berpijak pada kesemestaan organisasi dan anggotanya untuk senantiasa menempatkan pergerakan pada ranah keterpelajaran dengan kaidah “belajar, berjuang, dan bertaqwa,” yang bercorak dasar dengan wawasan kebangsaan, keislaman, keilmuan, kekaderan, dan keterpelajaran.

CITRA DIRI IPPNU
1.  PENGERTIAN CITRA DIRI IPPNU
Pedoman/ landasan bersikap IPPNU dalam mengemban amanat baik atas nama individu maupun organisasi.
Citra Diri IPPNU tidaklah statis, tetapi selalu ada perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan zaman sehingga bisa menjadi pedoman bagi IPPNU
2.  VISI  IPPNU
Terbentuknya kesempurnaan putri-putri ndonesia yang bertakwa, berakhlakul karimah, berilmu dan berwawasan kebangsaan.
3.  MISI IPPNU:
·     Membangun kader NU yang berkualitas, berakhlakul karimah, bersikap demokratis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
·     Mengembangkan wacana dan kualitas sumberdaya kader menuju terciptanya kesetaraan gender.
·     Membentuk kader yang dinamis, Kreatif dan inovatif.
Visi dan Misi dijabarkan dalam program kerja IPPNU.
Orientasi/arah yang ingin dicapai dibagi dalam dua cara, yaitu:
a.     Secara Individual
Diletakkan dalam perspektif “manusia dinamis adalah manusia yang selalu berprakarsa dan melakukan ikhtiar, manusia yang bergerak kedepan, berubah dan berkembang menuju tingkat yang lebih sempurna.(kamil)
Sedangkan manusia yang berwawasan integrasi adalah manusia yang terus menggali nilai-nilai keislaman, kebangsaan, keilmuan, dan kekaderan secara kritis untuk diartikulasikan dalam pemikiran, sikap, dan semangat perjuangan sehingga mampu menjadi kader bangsa dan organisasi yang handal. Citra kader yang handal ditandai oleh kemampuan konseptual, metodologis dsn teknis yang mampu mengarahkan kader pada komitmen keislaman, kebangsaan, keilmuan dan kekaderan dan mampu memformulasikanya secara cerdas dalam kehidupan nyata.
b.     Secara kolektif
Diletakan dalam prespeektif “ mbadi khoiru ummah” yaitu suatu masyarakat ideal yang digambarkan sebagai masyaraklat yang bertakwa kepada ALLAH swt, tentram, berahlaq mulia,adil dan sejahtera.
Dalam konteks IPPNU adalah tumbuh dan berkembangnya semangat berorganisasi yang didasari kesetiakawanan antar warga dan pemimpin, serta munculnya program yang terarah demi peningkatan mutu dan tujuan yang diembanya. Produktif menjadi kunci indikator capaian dimaksud dan mabadi khaira ummah adalah tujuan akhirnya.
4.  KARAKTER DASAR
Untuk menjadi manusia kamil dan khaira ummah, kader IPPNU mengwemban amanat dan tugas utama yaitu melaksanakan amar makruf nahi munkar. Untuk membangun citra ideal tersebat, ditandai dengan karakter sebagai berikut :

a.  Bersikap mabadi khairu ummah yang meliputi:
§ Ash-shidqu, Kejujuran, kesungguhan dan keterbukaan.Shidqu merupakan refleksi keteradaan manusia yang palin  otentik yang bersumber pada hati nurani.
§ Al-amanah wal wafa bil ahdi, dapat dipercaya, setia dan tepatjanji. Ini akan emmperkokoh dan menjamin integritas pribadi manusia sejati yang senantioasa hadir, terlibat dipercaya, bersedia dan mampu menyelesaikanpersoalan umat.
§ Al-adlu, Bersikap dan bertindak adildalam segala situasi. Adalah secara absolut melindungi nilai kemanusiaan, dijaga eksistensinya dan dilaksanakn secara propporsional.
§ Al-ta’awun, Saling tolong menolong dalam dan demi kebajikan(al birru) yang dibarengi dengan dedikasi dan kredibilitas pribadi.
§ Al-istiqomah, keajegandan kedisiplinan dalam meniti jalur kehidupan sesuai ketentuan Allah SWT, para rasulnya,tuntunan para salafussalih dan aturan-aturan yang disepakti bersama.

b.  Berperilaku 'ASWAJA' yang diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan Indonesia:
1) landasan beragama: mendasarkan ucapan, perbuatan serta pemikiran pada al-quran, al-hadits,ijma dan Qiyas
2) Landasan sikap kemasyarakatan menampilkansikap kemasyarakatan yang mencerminkan nilai-nilai:
§  Tawasuth dan I’tidal: Prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus ditengah kehidupan bersama, selalu bersifat membangum dan menghindari bentuk pendekatan yang ekstrim
§  Tawzun: Sikap seimbang dalam berhidmat kepada Allah, manusia dan alam semesta, menyelaraskan kepentinga masa lalu,kini dan yang akan datang.
§  Tasamuh: Sikap toleran terhadap perbedaan dan pluralitas yang ada baik dalam masalah agama maupun budaya.
§  Amar ma’ruf nahi munkar: memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersam, sertta menolak dan mencegah hal yang merendahkan dan menjerumuskan nilai kehidupan.
c.  Berjiwa Tajdid (pembaharu): berwujud pada pemikiran dansikap yang selalu ingin mencari nilai-nilai keutamaan yang baru dan lebih baik dengan tetap memperhatikan nilai-nilai tradisi lama masih tetap dianggap baik.

5.  POSISI
Secara intern, IPPNU merupakan perangkat dan badan otonom NU yang mempunyai kedudukan sama/sederajat dengan banom-banom yang lain aeperti Muslimat, Fatayat, GP Ansor, dan IPNU.
Tugas utama banom adalah melaksanakan kebijakan NU khususnya yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu.
Secara ekstern, IPPNU mempunyai kedudukan sederajat dengan ormas-ormas pemuda Indonesia lainnya.



LEMBAGA CORP BARISAN PELAJAR
IKATAN PELAJAR  NAHDLATUL ULAMA
KABUPATEN KUDUS
I.    SEJARAH BERDIRINYA CBP
Corp Brigade Pembangunan (CBP) merupakan lembaga yang dibentuk pada Kongres IV IPNU di Pekalongan, Jawa Tengah, pada tahun 1965. Dalam tujuan awalnya merupakan wadah berhimpunnya pelajar remaja NU untuk mengokohkan barisan dalam upaya mengimbangi panji komunis pada saat itu dan untuk melawan Malaysia yang pada saat itu menjadi sekutu barat dalam upaya menjajah kembali tanah air Indonesia.
Semangat yang luar biasa untuk mengganyang PKI dan antek-anteknya dikalangan pelajar NU kemudian melahirkan barisan perlawanan yang disebut Front Kepalangmerahan, (Front inilah yang menjadi cikal bakal CBP). Semangat yang tinggi tumbuh pada pelajar putri NU hingga melahirkan CBP-wati untuk barisan pelajar putri.
Seiring dengan hancurnya kekuatan komunis di Indonesia, sehingga elemen gerakan mengalami kevakuman. Maka oleh PP. IPNU tahun 1967-1968 secara resmi mencabut eksistensi CBP dilingkungan IPNU.
Kongres XII IPNU di Garut, jawa Barat, 10-14 Juli dalam salah satu rekomendasinya memberikan tugas kepada mandataris Kongres untuk mengadakan persiapan yang berkenaan dengan akan diaktifkannya kembali CBP. Kemudian dikukuhkan pada kongres XIII IPNU di Makassar Sulawesi Selatan tahun 2000.
Selanjutnya perubahan terjadi pada 22 – 25 Agustus 2007, tepatnya waktu RAKORNAS CBP diSamarinda. Rakornas menghasilkan sebuah perubahan besar pada nama yang awalnya CORPS BRIGADE PEMBANGUNAN menjadi CORPS BARISAN PELAJAR. Selain itu ada perubahan dalam sasaran kegiatan, yang semula berupa : Kemanusiaan, Lingkungan Hidup, Dan Kedisiplinan menjadi Kemanusiaan, Lingkungan Hidup Dan Bela Negara.
CBP di deklarasikan dan diaktifkan kembali di seluruh Indonesia berdasarkan :
  1. Kongres IPNU XII di Garut, Jawa Barat, 10-14 Juli 1996.
2.    Rakernas IPNU di Jakarta, 1-5 Nopember 1997
3.    Konbes IPNU di Jakarta, 19-21 September 1998
4.    Kongres IPNU XIII di Makassar, Sulsel, 21-24 Maret 2000
5.    Rakornas CBP IPNU 22 – 25 Agustus 2007 di Samarinda

II.   VISI
Mengoptimalkan potensi dan meningkatkan kualitas kader IPNU yang berakhlaqul karimah

III. MISI
Bersama masyarakat ikut berpartisipasi  membangun Republik Indonesia dengan mengibarkan panji-panji NU disetiap pengabdiannya, dalam bidang bela negara dan social kemanusiaan.

IV. TUJUAN
Wadah untuk mengasah diri memantapkan motivasi positif dan mengembangkan kreatifitas dalam meningkatkan pergaulan, pengabdian serta meningkatkan hubungan anggota IPNU / CBP dengan lingkungan masyarakat.

V.  BENTUK DAN PENGERTIAN   
CBP adalah Lembaga semi Otonom IPNU, sedangkan CBP merupakan suatu lembaga pengembangan kreatifitas, kemanusiaan, kepalang merahan, pengabdian alam, masyarakat, dan Negara

VI. KEGIATAN
Kegiatan CBP meliputi bidang kemanusiaan, lingkungan hidup, bela Negara dan pengabdian masyarakat.

VII. TINGKATAN DAN PERANGKAT ORGANISASI
A.    Dewan Koordinasi Nasional (DKN) CBP untuk tingkat Pusat
B.    Dewan Koordinasi Wilayah (DKW) CBP untuk tingkat Wilayah
C.   Dewan Koordinasi Cabang (DKC) CBP untuk tingkat Cabang
D.   Satuan Koordinasi Anak cabang (DKAC) CBP untuk tingkat Anak Cabang
E.    Regu CBP untuk tingkat Ranting / komisariat
Perangkat Organisasi :Dalam hal ini kami sebutkan mulai dari DKC sampai Ranting, sebab mulai DKC keatas perangkatnya sama.

1.    Dewan Koordinasi Cabang (DKC)
a.  Koordinator Cabang (Korcab)
b.  Wakil Koordinator Cabang (wakorcab)
c.  Divisi Administrasi dan Keuangan
d.  Divisi Logistik
e.  Divisi Kaderisasi
f.    Divisi Kemanusiaan
g.  Divisi Lingkungan Hidup
h.  Divisi Bela Negara
Setiap Divisi beranggotakan maksimal 3 orang

2.    Dewan Koordinasi anak Cabang (DKAC)
a.  Koordinator anak Cabang
b.  Wakil Koordinator Anak Cabang
c.  Divisi Administrasi dan Keuangan
d.  Divisi Logistik
e.  Divisi Kaderisasi
f.    Divisi Kemanusiaan
g.  Divisi Lingkungan Hidup
h.  Divisi Bela Negara
Setiap Divisi beranggotakan maksimal 3 orang

3.    Regu - Regu
a.   Koordinator Regu
b.   Wakil Koordinator Regu
c.   Setiap regu beranggotakan minimal 9 s/d 15 orang
d.   Divisi Administrasi dan Keuangan
e.   Divisi Logistik
f.    Divisi Kaderisasi
g.   Divisi Kemanusiaan
h.   Divisi Lingkungan Hidup
i.    Divisi Bela Negara
Setiap Divisi beranggotakan maksimal 2 orang

VIII.        KEANGGOTAAN
1.    Anggota CBP adalah secara otomatis menjadi anggota IPNU
2.    Keanggotaan CBP ditetapkan dengan syarat-syarat berikut  :
-          Memiliki kondisi fisik dan mental yang kuat serta sehat jasmani dan rohani
-          Telah dinyatakan lulus Diklatama CBP
-          Pendidikan serendah-rendahnya SMP / sederajat
-          Memiliki dedikasi dan loyalitas tinggi terhadap IPNU
-          Setiap anggota CBP dibaiat dan diberi kartu tanda anggota

IX. LAMBANG CBP
§  Lambang berbentuk segi lima dan dibatasi oleh garis berwarna merah putih. Arti segi lima adalah rukun Islam dan Pancasila, garis merah putih mengandung arti bahwa CBP adalah setia kepada NKRI.
§  Warna dasar hijau mengandung arti kemakmuran dan kesuburan
§  Bagian dalam terdapat :
1.      Bintang berjumlah 9 berwarna kuning yang mengelilingi bola dunia yang berwarna biru langit, bintang paling besar melambangkan nabi Muhammad SAW. 4 bintang kiri dan kanan melambangkan para sahabat dan madzhab. Biru langit melambangkan semangat yang tinggi.
2.      Dibawah bintang terdapat buku terbuka yang berwarna putih, ditopang oleh bambu kuning dan bulu angsa, dibawahnya ada tulisan CBP warna merah. Buku terbuka dan bulu angsa melambangkan bahwa CBP sebagai tempat belajar bagi siapa saja. Sedangkan bambu kuning melambangkan perjuangan yang gigih.
X.  PELATIHAN-PELATIHAN
A. Pelatihan Formal terbagi menjadi :
§  Orientasi   : Pengenalan tentang seluk beluk CBP
§  DIKLATAMA         : Pelatihan tahap I, ditingkatan DKC
§  DIKLATMAD         : Pelatihan tahap II, ditingkatan DKW
§  DIKLATNAS         : Pelatihan tahap III, ditingkatan pusat
§  DIKLATSUS         : Pelatihan khusus instruktur
B. Pelatihan Non Formal terbagi menjadi :
·         Pelatihan Pertolongan pertama (PP)
·         Pelatihan SAR
·         Pelatihan Kepanduan
·         Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Alam
·         Dan lain-lain (tergantung kebutuhan)

 

LEMBAGA KORP KEPANDUAN PUTRI

IKATAN PELAJAR  PUTRI NAHDLATUL ULAMA
KABUPATEN KUDUS

I.      SEJARAH BERDIRINYA KKP

Lembaga Korp Kepanduan Putri (L-KKP) merupakan lembaga yang dibentuk pada Konbes I IPNU-IPPNU pada tanggal 28 Oktober 1964 di Pekalongan, Jawa Tengah. Pada awalnya lembaga ini bernama CBP-wati yang merupakan wadah bagi pelajar putri NU untuk mengokohkan barisan dalam mengimbangi barisan yang bermunculan dengan mengibarkan panji komunis pada saat itu dan juga untuk melawan Malaysia yang bersekutu dengan barat dalam upaya menjajah kembali kekayaan Indonesia.
Dalam perjalanannya CBP-wati ini mengalami kemandekan/kefakuman dan selanjutnya diputuskan dalam amanat Kongres XII IPPNU di Makassar dengan perubahan nama menjadi KKP, yang kemudian untuk pengukuhannya ditetapkan dalam kongres XIII IPPNU di Surabaya.
KKP ini mulai muncul kembali dengan mengadakan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan dinamika dan kebutuhan organisasi di masyarakat saat ini. Hal ini dapat dilihat dengan berubahnya orientasi CBP-wati yang pada awalnya untuk mengimbangi munculnya barisan komunis, menjadi lebih ditekankan pada terbentuknya kader-kader IPPNU yang punya disiplin tinggi dalam segala bidang garapnya.
Lembaga KKP di deklarasikan berdasarkan :
  1. Kongres IPPNU XII di Makassar pada tanggal 21-24 Maret 1999
  2. Kongres IPPNU XIII di Surabaya pada tanggal 18-21 Juni 2003
  3. Konbes IPPNU di Medan pada tanggal 18-23 Agustus 2005

II.    VISI

Mengoptimalkan potensi dan meningkatkan kualitas kader IPPNU.

III.   MISI
Berpartisipasi aktif ikut membangun NKRI dengan mengibarkan panji-panji NU disetiap pengabdiannya dalam bidang lingkungan alam, kepanduan, kesehatan.

IV.  TUJUAN
Wadah untuk melatih diri memantapkan motivasi dan mengembangkan kreatifitas dalam meningkatkan SDM, loyalitas serta mempererat hubungan anggota IPPNU/KKP dengan lingkungan masyarakat.

V.    BENTUK DAN PENGERTIAN  
Lembaga KKP adalah Lembaga semi Otonom IPPNU, dan merupakan suatu lembaga pengembangan SDM dalam bidang Lingkungan alam, Kepanduan dan bidang kesehatan.

VI.  KEGIATAN
Kegiatan KKP meliputi bidang sosial kemasyarakatan, bidang Lingkungan alam, Kepanduan dan bidang Kesehatan.


VII. TINGKATAN DAN PERANGKAT ORGANISASI
a.    Dewan Koordinasi Nasional (DKN) KKP untuk tingkat Pusat
b.    Dewan Koordinasi Wilayah (DKW) KKP untuk tingkat Wilayah
c.    Dewan Koordinasi Cabang (DKC) KKP untuk tingkat Cabang
d.    Dewan Koordinasi Anak Cabang (DKAC) KKP untuk tingkat Anak Cabang
e.    Regu KKP untuk tingkat Ranting

Perangkat Organisasi :
Dalam hal ini kami sebutkan mulai dari DKC sampai Ranting, sebab mulai DKC keatas perangkatnya sama.

1.    Dewan Koordinasi Cabang (DKC)
Ketua Dewan Koordinasi Cabang (Korcab) satu orang
Wakil Dewan Koordinasi Cabang (WaKorcab) tiga orang
Kepala Divisi Diklat (satu orang)
a.    Wakorcab bidang lingkungan alam
b.    Wakorcab bidang Kepanduan
c.    Wakorcab bidang Kesehatan
Sekretaris satu orang
Anggota bidang maksimal 5 orang perbidang

2.    Dewan Koordinasi Anak Cabang (DKAC) KKP
Ketua Dewan Koordinasi Anak Cabang (Korancab) satu orang
Wakil Dewan Koordinasi Anak Cabang Koordinator (Wakorancab) tiga orang
Anggota-anggota
a.    Wakorancab bidang lingkungan alam
b.    Wakorancab bidang Kepanduan
c.    Wakorancab bidang Kesehatan
Sekretaris satu orang
Anggota bidang maksimal 5 orang perbidang

3.    Regu-regu KKP
Koordinator (satu orang)
Anggota-anggota
1.    Mempunyai 1 (satu) orang ketua regu dan 1 (satu) orang sekretaris, dipilih oleh anggota regu.
2.    Tiap regu mempunyai anggota regu 8-10 orang ditambah 2 orang dari ketua regu dan sekretaris regu.

VIII.     KEANGGOTAAN
1.    Anggota KKP adalah secara otomatis menjadi anggota IPPNU
2.    Keanggotaan KKP ditetapkan dengan syarat-syarat sebagai berikut :
    • Memiliki kondisi fisik, mental yang kuat dan sehat
    • Telah dinyatakan lulus Diklatama KKP
    • Memiliki dedikasi dan loyalitas tinggi terhadap IPPNU

IX.  LAMBANG KKP
1)    Bentuk kuncup bunga berwarna putih
2)    Garis tepi berwarna hijau dengan arti kesuburan
3)    Bintang sembilan berwarna kuning emas berarti rohmatal lil alamin
4)    Bumi berwarna biru berarti kedamaian, semangat yang kuat
5)    Buku terbuka mempunyai arti belajar tanpa henti
6)    Tulisan KKP dengan tinta warna hitam
7)    Peta Indonesia warna hijau

X.    PELATIHAN-PELATIHAN
a.    Pelatihan Formal terbagi menjadi :
1.    Orientasi            : Pengenalan tentang seluk beluk KKP
2.    DIKLATAMA      : Pelatihan tahap I, ditingkatan DKC
3.    DIKLATMAD      : Pelatihan tahap II, ditingkatan DKW
4.    DIKLATNAS      : Pelatihan tahap III, ditingkatan Pusat
5.    DIKLATSUS      : Pelatihan khusus Instruktur
b.    Pelatihan Non Formal terbagi menjadi :
1.    Pelatihan Pertolongan pertama (PP)
2.    Pelatihan Kesehatan
3.    Pelatihan Kepanduan
4.    Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Alam
5.    Dan lain-lain (tergantung kebutuhan)
Demikian penjabaran kami sekilas tentang ke CBP-KKP an untuk makestawan-makestawati, dengan harapan dapat berguna dan mendorong untuk segera terwujudnya regu-regu CBP-KKP disetiap ranting yang ada di Kabupaten Kudus.


DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN
                                                   
A.     PENGERTIAN PEMIMPIN

      Menurut Prof. Dr. H. Arifin Abdurrahman
Pemimpin adalah orang yang menggerakkan orang lain yang ada disekelilingnya untuk mengikuti langkah untuk mencapai tujuan.

Menurut Dr. Mr. S. Prayudi Atmosudirjo
Pemimpin adalah orang-orang yang mempengaruhi orang-orang lain agar orang-orang itu mau menjalankan apa yang dikehendakinya.

Sifat kepemimpinan dapat muncul karena beberapa hal, diantaranya :
a.       Keturunan
“ Bahwa orang yang dilahirkan menjadi pemimpin ini telah mempunyai bakat yang terdapat pada pribadinya, mentalnya, baik fisiknya. Dalam keadaan ini ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin dan kelak keturunannya akan timbul pula sebagai pemimpin”
b.      Kejiwaan
“ Bahwa bakat kepemimpinan seseorang ini dapat dibentuk sesuai dengan jiwa seseorang. Sehingga apabila ini diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup “
c.       Lingkungan
“ Bahwa pemimpin adalah hasil dari pada lingkungan “

B.     TIPOLOGI PEMIMPIN
1.       Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan yang berdasarkan kekuatan mutlak, sehingga keputusan ada ditangan pemimpin yang menganggap dirinya lebih mengetahui dalam segala hal. ( gambar segitiga )
2.       Kepemimpinan bebes atau liberal
Kepemimpinan dimana anggota kelompok diberi kebebasan dalam menentukan tujuan kelompok. Pemimpin bersifat pasif, tidak inisiatif dan sebagai penonton. ( gambar huruf Z )
3.       Kepemimpian demokratis
Kepemimpinan dinama pemimpin di dalam melakukan tugasnya melibatkan secara kolektif anggotanya, sehingga keputusan merupaka keputusan bersama (gambar lingkaran )
4.                              Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan yang berdasarkan tradisi dan sejarah merupakan dasar hokum istimewa sang pemimpin, yaitu secara turun-temurun. (Gambar bujur sangkar)

C.     FUNGSI PEMIMPIN
1.    Fungsi analisa
Seorang pemimpin harus mampu mengolah kebutuhan, masalah, tujuan program dan keadaa yang dipimpin.
2.    Fungsi pengarah
Seorang pemimpin dapat membagi tugas, tanggungjawab dan membimbing serta mengarahkan
3.    Fungsi pembentukan susunan
Seorang pemimpin dapat menyusun ketertiban, keamanan dan keterbukaan
4.    Fungsi pemeliharaan
Seorang pemimpin dapat memelihara suasana, semangat kerja, peningkatan serta  pengembangan usaha.

D.     MUNCULNYA PEMIMPIN DI MASYARAKAT
Melalui pendekatan perilaku bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap atau bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap bertindak akan nampak dari cara melakukan sesuatu pekerjaan antara lain akan nampak dari cara memberikan perintah, cara memberikan tugas,  cara berkomunikasi, cara membuat keputusan, cara mencorong semangat bawahannya, cara memberikan bimbingan, cara menegakkan disiplin, cara mengawasi pekerjaan bawahan, cara meminta laporan dari bawahan, cara memimpin rapat, cara menegur kesalahan bawahan dan lain-lain.
Apabila dalam melakukan kegiatan tersebut pemimpin menempuh dengan cara tegas, keras, sepihak, yang penting tugas selesai dengan baik, yang bersalah langsung dihukum, maka gaya kepemimpinan seperti itu cenderung dinamakan gaya pemimpin yang otoriter. Sebaliknya apabila dalam melakukan kegiatan tersebut pemimpin menempuh dengan cara halus, simpatik, interaksi timbal balik, melakukan ajakan, menghargai pendapat orang lalin, memperhatikan perasaan, membinan hubungan serasi, maka gaya kepemimpinan ini cenderung dinamakan gaya pemimpin yang demokratis.
Dua macam pandangan tersebut menimbulkan adanya gaya kepemimpinan yang berbeda. Pandangan klasik lebih mengutamakan otoriter sedangkan modern lebih mengutamakan gaya demokratis.

E.     NILAI KEPEMIMPINAN

      Nilai kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
1.      Berpandangan jauh kedepan  ( forcasting )
Dalama penyusunan program kerja organisasi diperlukan ketajaman pandangan jauh ke masa yang akan datang tentang kemungkinan, sehingga tidak hanya puas keberhasilan yang lalu, dan mampu menganalisa keadaan.
2.      Bertindak dan bersikap bijaksana
Karena yang dihadapi dalam sebuah organisasi manusia dengan segala dinamikanya, maka dengan ini orang akan menerimanya dengan sukarela
3.      Berpengetahuan luas
Sebab berbagai masalah dan  problem organisasi sangat kompleks, sehingga wawasan keilmuan pengetahuan sangat diharapkan
4.      Bersikap adil
5.      Berpendirian teguh
Sehingga tidak mudah diombang-ambing situasi dan kondisi apapun yang dihadapi
6.      Berhati ikhlas
7.      Tulus dalam mengabdi demi keberhasilan organisasi, tanpa parih, semata-mata[


“ Ke ORGANISASI an “
PENDAHULUAN
Telah banyak disebutkan bahwa manusia adalah makhluk sosial, sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk saling mengenal satu sama lain, tidak terkecuali siapapun mereka dan golongan manapun mereka berasal (Q.S. 49 : 13). Dalam interaksi ini manusia akan saling kerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebab manusia itu  tercipta dalam kondisi yang sangat terbatas dan dengan spesialisasi yang berbeda-beda (Q.S. 96 : 4) Kerja sama sangat dibutuhkan  dalam upaya merealisasikan cita-cita (keinginan). Dan dalam kerjasama sangat dibutuhkan pengaturan. Sebab tanpa adanya pengaturan dan pembagian kerja akan terjadi pemborosan tenaga dan biaya. Pengaturan dan pembagian kerja ini dinamakan Pengorganisasian, sedangkan wadahnya dinamakan Organisasi.
Organisasi merupakan wadah untuk mewujudkan cita-cita yang sangat efektif dan efisien, sebab dengan kebersamaan yang dibangun, akan menghasilkan bangunan  yang kuat dan kokoh. Allah Swt sendiri menyatakan sangat menyukai bagi siapa saja yang berjuang secara bersama-sama (Q.S. 61 : 4). Dan sebaliknya Allah Swt melarang kita untuk tidak bersatu, dan sendiri-sendiri dalam memperjuangkan risalah-Nya. (Q.S. 3 : 103)
DASAR, PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR ORGANISASI
I.    DASAR ORGANISASI
1.   Firman Allah dalam Surat As-Shof  4 :
إنا الله يحب الذين يقاتلون في سبيله صفا كأنهم نيان مرصوص
Artinya       :        “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berjuang didalam agama-Nya secara berbaris (terorganisasi), seolah mereka merupakan bangunan yang kuat”.
2.   Surat Ali Imron ayat 103
واعتصموا بحبل الله جميعا ولاتفرقوا....
Artinya       :        “ Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai “.
Dengan dasar tersebut kiranya menambah wawasan kita terhadap pentingnya  berorganisasi, terlebih apabila kita amalkan dalam hidup dan kehidupan di masyarakat.
II.   PENGERTIAN ORGANISASI
Ada banyak definisi tentang organisasi, diantaranya adalah :
1.                      Menurut Edgar Schein ( 1973 )
“ An Organization is the rational coordination of the activities of a number of people the achievement of some common explicit purpose or goal, through division of labor and function, and through a hierarchy of outhority and responsibilithy “
Artinya : "Organisasi adalah koordinasi yang rasional dari aktifitas-aktifitas sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan yang jelas, melalui pembagian tugas dan fungsi serta melalui jenjang wewenang dan tanggung jawab."
2.                      Menurut Ananda W.P. Guruge ( 1977 )
“ Organization is defined as arranging a complex of  task into managable uncts,and defining the formal relationships among the people who are assigned the various tasks “
Artinya : “         Organisasi didefinisikan sebagai pengaturan tugas-tugas yang kompleks menjadi unit-unit yang dapat diatur. Organisasi juga didefinisikan sebagai memastikan hubungan formal antara orang-orang yang menangani berbagai tugas.”      
Dari dua definisi tersebut memberikan pengertian yang semakin memperjelas apa hakikat organisasi tersebut. Pada intinya organisasi adalah koordinasi rasional (kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama).
III. UNSUR – UNSUR ORGANISASI
Melihat pengertian organisasi diatas maka unsur utama yang harus ada dalam suatu organisasi adalah :
1.    Adanya  orang-orang (lebih dari 1)
2.    Adanya kerja sama
3.    Adanya tujuan yang diinginkan
Dengan semakin kompleksnya suatu organisasi maka semakin bertambah pula unsur-unsur yang ada dalam organisasi seperti halnya :
1.      Adanya sarana dan prasarana penunjang
2.      Adanya kerjasama
3.      Adanya pembagian tugas, dan lain-lain
4.      Tersedianya dana yang diperlukan
Banyaknya unsur-unsur yang ada dalam suatu organisasi adalah tergantung seberapa banyaknya unsur-unsur yang diperlukan untuk menunjang berlangsungnya organisasi agar organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya.
IV. TUJUAN, PRINSIP DAN  FUNGSI ORGANISASI
1.      Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi merupakan titik akhir dari seluruh kegiatan yang dilakukan dengan berorientasi pada tujuan. Adapun tujuan organisasi dibagi menjadi dua yaitu :
·         Tujuan umum : tujuan yang dicapai oleh organisasi dalam bentuk visi dan misi organisasi.
·         Tujuan khusus : tujuan yang harus dicapai dalam setiap kegiatan atau aktifitas.
Tujuan dalam organisasi merupakan unsur pokok yang harus ada dalam organisasi, karena tujuan berfungsi sebagai :
·         Arah / pedoman kemana organisasi akan dibawa
·         Tolak ukur sampai sejauh mana keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Begitu pentingnya kedudukan tujuan dalam penyusunan organisasi, maka tujuan organisasi perlu terlebih dahulu dirumuskan secara jelas, tertulis dan kemudian dikomunikasikan secara baik sehingga tujuan dapat dipahami oleh para anggota organisasi.
2.      Prinsip - Prinsip  Organisasi
Salah satu diantara berbagai masalah organisasi yang banyak dijumpai adalah adanya gejala pemborosan waktu, tenaga, dan dana. Dengan hasil yang kurang optimal/memadai.
Salah satu jawaban yang penting artinya untuk pemecahan masalah tersebut adalah dengan organisasi yang efesien dan iklim kerja yang menggairahkan / dinamis.
Organisasi yang ideal itu dapat dibentuk dan dibina dengan menggunakan beberapa prinsip organisasi sebagai berikut :
q  Prinsip Pelimpahan Wewenang
Seorang pemimpin yang bijaksana akan mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada anggota pengurus lain yang dipercayainya, yang dirumuskan secara jelas, tetapi pendelegasian ini tidak membebaskan seorang pemimpin dari tanggung jawab  yang diembannya.
Pendelegasian ini diperlukan agar pemimpin lebih dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang memang harus ditangani sendiri.
q  Management By Exception (Managemen dengan pengecualian)
Hal ini dimaksudkan agar tugas-tugas seorang pemimpin dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga pengambilan keputusan yang dilakukannya hanyalah mengenai hal-hal yang vital saja.
q  Management  By Objective (MBO)
Prinsip ini menunjukkan agar seorang pemimpin selalu berorientasi pada tujuan dalam berbagai pengambilan keputusan. Jadi tujuan organisasi dijadikan pedoman dan ukuran keberhasilan dengan mengelola organisasi.
q  Span of Control (Prinsip luasnya Pengawasan)
Seorang pemimpin dituntut untuk senantiasa melakukan control (pengawasan) terhadap seluruh anggota pengurusnya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
q  Prinsip Pembagian Kerja (Division of  Work)
Dalam penyusunan struktur organisasi hendaknya diidentifikasikan macam dan jumlah pekerjaan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan organisasi. Kemudian diatur pembagian beban kerja yang sepadan sehingga tersusun jalinan kerja yang harmonis.
q  Prinsip Kesatuan Komando
Dalam organisasi yang besar dan  terdapat pembagian tugas yang sangat terspesiasasi, diperlukan adanya kesatuan tugas dalam garis kepemimpinan dan strategi dasar untuk mewujudkan adanya kesatuan pengurus.
q  Prinsip Kemampuan Pengurus
Dalam pemilihan dan penempatan anggota pengurus hendaknya memperhatikan kemampuan dan keahliannya. Dengan demikian dapat diwujudkan pedoman “ The Right man on the right place “
q  Prinsip Solidaritas Kelompok
Dalam suatu organisasi hendaknya dapat dikembangkan kesetiakawanan, rasa persatuan, dan jiwa korps diantara anggota organisasi.
3.   Fungsi Organisasi
Memperhatikan penjelasan diatas, maka tampak bahwa pada hakikatnya fungsi organisasi adalah sebagai wadah sekelompok orang yang memiliki kehendak/keinginan yang sama. Disamping  itu, organisasi juga berfungsi sebagai upaya untuk mempermudah seseorang atau kelompok  orang dalam mencapai tujuan.

V.  JENIS DAN MANFAAT ORGANISASI
a.   Jenis / Macam-macam Organisasi
1.   Dilihat dari cara terbentuknya
·      Organisasi Insidental yaitu organisasi yang dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu yang sifatnya sementara. Contoh : Kepanitiaan.
·      Organisasi Permanen yaitu organisasi yang dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu dimana tujuan tersebut selalu berkembang sesuai dengan dinamika masyarakat dan didirikan untuk jangka waktu yang  tidak terbatas. Contoh : NU, MUSLIMAT, IPNU – IPPNU, GP. ANSOR, FATAYAT, Dll
2.   Dilihat dari bentuk / wujudnya :
·      Organisasi Formal yaitu organisasi yang dibentuk secara resmi dengan memilih anggota, tujuan dan aturan yang resmi pula (PD/PRT).
·      Organisasi In Formal yaitu organisasi yang timbul melalui saluran yang tidak resmi, disebabkan karena hubungan pribadi dalam upaya memenuhi ambisi/keperluannya.
3.   Dilihat dari tujuan berdirinya :
·      Organisasi Massa (ormas) disebut juga organisasi kemasyarakatan. Contoh: NU, IPNU, IPPNU, Muhammadiyah, IRM dll.
·      Organisasi Politik (Orpol) Organisasi yang bergerak dibidang sosial, perpolitikan. contoh : PKB, PAN, PDI-P, PPP dll. 
·      Organisasi profesi (Orprof) yaitu organisasi yang anggotanya memiliki profesi / keahlian sejenis. Contoh : PWI, IDI, PGRI dll.
b.   Manfaat Berorganisasi
Sebagaimana difirmankan Allah SWT, bahwa manusia diciptakan atas berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal, maka organisasai adalah salah satu media yang efektif untuk mewujudkannya.
Adapun manfaat berorganisasi antara lain :
1.   Meningkatkan Ukhuwah diantara sesama.
2.   Menambah sahabat.
3.   Meningkatkan wawasan / cakrawala pandang.
4.   Sebagai media berlatih hidup bermasyarakat.
5.   Melatih kemandirian.
6.   Menumbuhkan sikap dewasa.
7.   Menumbuhkan rasa tanggung jawab.
8.   Berfikir secara analitis dan kritis.








ALBUM LAGU-LAGU IPNU-IPPNU









MARS IPNU

 



 




Wahai pelajar Indonesia
Siapkanlah barisanmu
Bertekad bulat bersatu
Dibawah kibaran panji NU

Ayo hai pelajar Islam yang setia
Kembangkanlah agamamu
Dalam negara Indonesia
Tanah air yang kucinta

Dengan berpedoman kita belajar
Berjuang serta bertaqwa
Kita bina watak nusa dan bangsa
‘tuk kejayaan masa depan

Bersatu wahai pelajar Islam jaya
Tunaikanlah kwajiban yang mulya
Text Box: ULAMA’ GUGURAyo maju pantang mundur
Dengan rahmat Tuhan kita perjuangkan
Ayo maju pantang mundur
Pasti tercapai adil makmur


                                                                                                











MARS MAKESTA

 



Text Box: Kita kader Nahdlatul Ulama 
Bunga harapan bangsa 
Putra-putri NU terpercaya
Kembangkan agama yang mulia

Sadar akan hari depan kami 
Berjuang berbakti 
Membela agama, negara dan bangsa 
Dengan iman, Islam, dan taqwa

Di medan Makesta kita kan ditempa 
Berjiwa Ahlusunnah Waljamaah 
Tekad baja sentosa 
Maju pantang mundur 
Satria dan setia 
Bergerak kita dari medan Makesta

 

















                                                                                                









 
Share this post :

Posting Komentar

PAPAN PENGUMUMAN

Statistik Blog

 
Support : dzulAceh | DownloadRPP | BerintaNanggroe
Copyright © 2015. IPNU IPPNU PASURUHAN LOR - All Rights Reserved
Template by Cara Gampang Modified by dzulAceh
Proudly powered by Blogger