Selamat Datang di Portal Pendidikan

Kisah Pencipta Lambang NU (Muktamar NU Ke 2 Surabaya 1927)

Nu dikenal sebagai ormas yang memiliki
nama-nama legendaris seperti ; symbol�
jagat, bintang sembilan, juga dikenal
sebagai ormas yang memiliki lambang
bumi. Lambang-lambang itu memiliki
makna yang terus menemukan relevansi.
Simbol tersebut juga mengalami
perkembangan sesuai dengan dinamika
zaman. Kedalaman makna symbol NU
tersebut bisa dilihat dari proses
penciptaannya, yang memang mengatasi
kondoisi-kondisi manusiawi, sehingga
makna yang disebarkan juga melampaui
zaman.
Alkisah, menjelang Muktamar yang waktu
itu lazim disebut Kongres, walaupun
dalam dokumen resmi kara Muktamar
juga digunakan. Dalam Muktamar NU ke
2� bulan Robiul Awal 1346 bertepatan
dengan bulan Oktober 1927, di Hotel
Muslimin Peneleh Surabaya memiliki
cerita tersendiri. Kongres ini rencanakan
diselenggarakan lebih meriah ketimbang
Muktamar pertama Oktober 1926 yang
persiapannya serba darurat. Kali ini
muktamar dispersiapkan lebih matang�
hanya bidang materi, manajemennya�
tetapi juga perlu disemarakkan dengan
kibaran bendera dan dengan sendirinya
bendera perlu simbol atau lambang.
Pada saat itu Muktamar kurang dua bulan
diselenggarakan, tetapi NU belum
memiliki lambang. Keadaan itu membuat
Ketua Panitia Muktamar KH Wahab
Hasbullah, cemas, maka diadakan
pembicaraan empat mata dengan KH
Ridwan Abdullah di rumah Kawatan
Surabaya. Semula pembicaraan berkisar
pada persiapan konsumsi Kongres NU,
yang ketika dipegang oleh KH Ridwan
Abdullah. Kemudian pembicaraan beralih
kepada lambang yang perlu dimiliki oleh
NU, sebagai identitas dan sekaligus
sebagai mitos.
Selama ini memang KH Ridwan Abdullah
telah dikenal sebagai Ulama, yang punya
bakat melukis, makanya KH Wahab
Hasbullah meminta agar dibuatkan
lambang NU yang bagus buat Jam�iyah
kita ini agar lebih mudah mengenalinya,
ujar KH Wahab. Tentu saja permintaan
KH Wahab yang mendadak tersebut agak
sulit diterima, tetapi akhirnya disepakati
juga demi kehebatan NU, maka Kiai
Ridwan mulai mencari inspirasi. Beberapa
kali sketsa lambang dibuat. Tetapi
semuanya dirasakan masih belum
mengena di hati, maka gambar dasar
tersebut diganti lagi sampai beberapa
kali.� Usaha membuat gambar dasar
lambang NU tersebut sudah diulang
beberapa kali dengan penuh kesabaran
hingga memakan waktu satu bulan
setengah dengan demikian� Kongres
sudah diambang pintu semestinya sudah
diselesaikan.

Sampai tiba waktunya KH Wahab pun
datang menagih pesanan �mana Kyai,
lambang NU-nya ?� Tanya Kiai Wahab,
maka dijawab oleh KH Ridwan �Sudah
beberapa sketsa lambang NU dibuat, tapi
rasanya masih belum sesuai, untuk
lambang NU, karena itu belum bisa kami
selesaikan�. Mendengar jawaban itu�
KH Wahab mendesak dengan mengatakan
�seminggu sebelum Kongres sebaiknya
gambar sudah jadi lho�. Melihat
ketidakpastian itu Kiai Ridwan hanya
menjawab �Insya Allah�.

Bagaimanapun waktu untuk membuat
gambar yang sempurna, sudah demikian
sempitnya. Maka jalan yang ditempuh
oleh KH Ridwan adalah melakukan shalat
�istikharoh�. Minta petunjuk kepada
Allah SWT. Pada suatu ketika Sholat
malampun dilakukan. Seusai sholat KH
Ridwan tidur lagi. Dalam tidurnya KH
Ridwan mendapat petunjuk melalui
mimpi, ia tiba-tiba melihat sebuah
gambar di langit biru. Bentuknya sama
dengan lambang NU yang sekarang.

Pada waktu itu, jam dinding sekitar pukul
2 malam. Setelah terbangun dari tidur KH
Ridwan langsung mengambil kertas dan
pena. Sambil mencoba mengingat-ingat
sebuah tanda di langit biru, dalam
mimpinya, pelan-pelan symbol dalam
mipimpi tersebut dicoba divisualisasikan.
Tak lama kemudian sketsa lambang NU
pun jadi dan mirip betul dengan gambar
dalam mimpinya.

Pada pagi harinya, sketsa kasar tersebut
disempurnakan dan diberi tulisan
Nahdlatul Ulama dari huruf Arab dan NU
huruf latin. Dalam sehari penuh gambar
tersebut dapat diselesaikan dengan
sempurna. Maklum Kiai Ridwan adalah
seorang pelukis yang berbakat. Kesulitan
yang kedua dihadapi oleh KH Ridwan
adalah bagaimana mencari bahan kain
untuk menuangkan lambang tersebut
sebagai dekorasi dalam medan Kongres.
Beberapa toko di Surabaya dimasuki tak
ada yang cocok karena warna warna yang
terlihat didalam mimpi tak ada yang
cocok dengan warna kain yang ada di
toko-toko Surabaya. Akhirnya KH RIdwan
mencoba carinya�ke Malang, kebetulan
kain yang dicari-cari� ditemukan sayang
hanya sisa 4 X 6 meter. Walaupun
jumlahnya hanya sedikit tapi tetap dibeli
dan di bawa pulang ke Surabaya dan
langsung dipotong sesuai dengan ukuran
gambar yang sudah dirancang. Bentuk
lambang NU itu dibuat memanjang ke
bawah. Lebar 4 meter Panjang 6 meter,
ini merupakan bentuk asli lambang NU.
Menjelang pembukaan� Muktamar
symbol NU telah dipasang di arena
Muktamar yang megah, symbol baru itu
menambah keindahan suasana. Ketika
Muktamar dibuka dan pada Muktamirin
diperkenalkan symbol baru tersebut,
maka semua hadirin yang berjumlah 18
ribu orang itu berdecak kagum melihat
gambar yang indah dan sakral tersebut.
Simbol tersebut memang mewakili
dinamika abad ke 19. Karena itu pada
perjalanan berikutnya mengalami
penyederhanaan sebagai
pendinamisasian, sesuai dengan
semangat zaman yang mulai bergerak
menuju kemajuan, dan didorong oleh
semangat perjuanagan emnuju k

sumber. www.nu.or.id

Share this post :

Posting Komentar

PAPAN PENGUMUMAN

Statistik Blog

 
Support : dzulAceh | DownloadRPP | BerintaNanggroe
Copyright © 2015. IPNU IPPNU PASURUHAN LOR - All Rights Reserved
Template by Cara Gampang Modified by dzulAceh
Proudly powered by Blogger