Selamat Datang di Portal Pendidikan

Sejarah Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW

Sejarah Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi
Muhammad SAW - Sebagai umat Islam
kita dianjurkan untuk memperingati,
mengenang, dan mengagungkan suatu
peristiwa yang teramat bersejarah
sepanjang peradaban kehidupan
manusia yaitu peristiwa di Isra'
Mi'rajkannya junjungan kita baginda
Muhammad SAW. Apa itu Isra' Mi'raj ?
Apa yang terjadi pada Nabi Muhammad
SAW dalam peristiwa Isra' Mi'raj
tersebut ? Hikmah apa yang terkandung
dalam Isra' Mi'raj ? Untuk itu pada
kesempatan kali Kumpulan Sejarah
akan mengupas tuntas mengenai hal
tersebut.
Pengertian Isra' Mi'raj
Isra Mi’raj adalah dua bagian dari
perjalanan yang dilakukan oleh
Muhammad dalam waktu satu malam
saja. Kejadian ini merupakan salah satu
peristiwa penting bagi umat Islam,
karena pada peristiwa ini Nabi
Muhammad SAW mendapat perintah
untuk menunaikan shalat lima waktu
sehari semalam.
Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir
kenabian di Makkah sebelum Rasulullah
SAW hijrah ke Madinah. Menurut al-
Maududi dan mayoritas ulama, Isra
Mi’raj terjadi pada tahun pertama
sebelum hijrah, yaitu antara tahun
620-621 M. Menurut al-Allamah al-
Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada
malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian,
dan inilah yang populer. Namun
demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-
Mubarakfuri menolak pendapat tersebut
dengan alasan karena Khadijah
radhiyallahu anha meninggal pada bulan
Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2
bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu
belum ada kewajiban salat lima waktu.
Al-Mubarakfuri menyebutkan 6
pendapat tentang waktu kejadian Isra
Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang
pasti. Dengan demikian, tidak diketahui
secara persis kapan tanggal terjadinya
Isra Mi’raj.
Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam 2
peristiwa yang berbeda. Dalam Isra,
Nabi Muhammad SAW
“diberangkatkan” oleh Allah SWT dari
Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu
dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW
dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul
Muntaha yang merupakan tempat
tertinggi. Di sini Beliau mendapat
perintah langsung dari Allah SWT untuk
menunaikan salat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut
merupakan peristiwa yang berharga,
karena ketika inilah salat lima waktu
diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang
mendapat perjalanan sampai ke Sidratul
Muntaha seperti ini. Walaupun begitu,
peristiwa ini juga dikatakan memuat
berbagai macam hal yang membuat
Rasullullah SAW sedih.
Sejarah Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi
Muhammad SAW
Pada suatu malam Nabi Muhammad
SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka‟bah
al Musyarrofah, saat itu beliau
berbaring diantara paman beliau,
Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau,
Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-
tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil
menghampiri beliau lalu membawa
beliau ke arah sumur zamzam, setibanya
di sana kemudian mereka merebahkan
tubuh Rasulullah untuk dibelah dada
beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu
malam terbuka atap rumah Beliau saw,
kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril
membelah dada beliau yang mulya
sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril
berkata kepada Mikail: “Datangkan
kepadaku nampan dengan air zam-zam
agar aku bersihkan hatinya dan aku
lapangkan dadanya”. Dan perlu
diketahui bahwa penyucian ini bukan
berarti hati Nabi kotor, tidak, justru
Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan
hati yang paling suci dan mulya, hal ini
tidak lain untuk menambah kebersihan
diatas kebersihan, kesucian diatas
kesucian, dan untuk lebih memantapkan
dan menguatkan hati beliau, karena
akan melakukan suatu perjalanan maha
dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai
kesiapan untuk berjumpa dengan Allah
SWT. Kemudian Jibril AS mengeluarkan
hati beliau yang mulya lalu menyucinya
tiga kali, kemudian didatangkan satu
nampan emas dipenuhi hikmah dan
keimanan, kemudian dituangkan ke
dalam hati beliau, maka penuhlah hati
itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu
dan kepasrahan penuh kepada Allah,
lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda
Rasulullah binatang Buroq lengkap
dengan pelana dan kendalinya, binatang
ini berwarna putih, lebih besar dari
himar lebih rendah dari baghal, dia
letakkan telapak kakinya sejauh
pandangan matanya, panjang kedua
telinganya, jika turun dia mengangkat
kedua kaki depannya, diciptakan dengan
dua sayap pada sisi pahanya untuk
membantu kecepatannya. Saat hendak
menaikinya, Nabi Muhammad merasa
kesulitan, maka meletakkan tangannya
pada wajah buroq sembari berkata:
“Wahai buroq, tidakkah kamu merasa
malu, demi Allah tidak ada Makhluk
Allah yang menaikimu yang lebih mulya
daripada dia (Rasulullah)”, mendengar
ini buroq merasa malu sehingga sekujur
tubuhnya berkeringat, setelah tenang,
naiklah Rasulullah keatas punggungnya,
dan sebelum beliau banyak Anbiya‟
yang menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani
disebelah kanan beliau, sedangkan
Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat
Ibnu Sa‟ad, Jibril memegang sanggurdi
pelana buroq, sedang Mikail memegang
tali kendali. (Mereka terus melaju,
mengarungi alam Allah SWT yang penuh
keajaiban dan hikmah dengan Inayah
dan RahmatNya), di tengah perjalanan
mereka berhenti di suatu tempat yang
dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat
Jibril berkata: “Turunlah disini dan
sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril
berkata: “Tahukah anda di mana Anda
sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril
berkata: “Anda telah sholat di Thoybah
(Nama lain dari Madinah) dan kesana
anda akan berhijrah”.
Kemudian buroq berangkat kembali
melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia
melangkahkan kakinya sejauh
pandangan matanya, tiba-tiba Jibril
berseru: “berhentilah dan turunlah anda
serta sholatlah di tempat ini!”, setelah
sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril
memberitahukan bahwa beliau sholat di
Madyan, di sisi pohon dimana dahulu
Musa bernaung dibawahnya dan
beristirahat saat dikejar-kejar tentara
Firaun. Dalam perjalanan selanjutnya
Nabi Muhammad turun di Thur Sina‟,
sebuah lembah di Syam, tempat dimana
Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT,
beliau pun sholat di tempat itu.
Kemudian beliau sampai di suatu daerah
yang tampak kepada beliau istana-istana
Syam, beliau turun dan sholat disana.
Kemudian Jibril memberitahukan kepada
beliau dengan berkata: “Anda telah
sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul
Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin
Maryam”. Di Baitul-Lahmi inipun Beliau
turun dan melakukan solat, kemudian
perjalan diteruskan dan tidak lama
sampailah ke Baitul Maqdis. Di Baitul
Maqdis ternyata telah berkumpul para
Nabi terdahulu, menantikan kedatangan
Beliau. Di Baitul Maqdis bersolat
berjama'ah dengan para Nabi terdahulu
sebagai Imam solat.
Seterusnya dalam perjalanan, Beliau
menyaksikan dengan sekelompok
manusia yang bercocok tanam dan
seketika dapat di tuai (dipetik) hasilnya.
Nabi pun merasa hairan lalu bertanya
kepada Jibril?....Jibril menjawab: Mereka
adalah ibarat umat tuan yang suka
menginfaqkan harta bendanya untuk
menegakkan kalimah Allah, mensyi'arkan
keagungan Allah dan beramal solih.
Kemudian dalam perjalanan seterusnya
Beliau mencium bau yang sangat
menyusuk hidung, Beliau bertanya
Jibril?.... Jibril menjawab: Ini adalah bau
Masyithah (Tukang gunting di istana
Fir'aun) sekeluarga yang merelakan diri
mereka di ceburkan ke dalam belanga
yang berisi timah mendidih oleh Fir'aun
lantaran keteguhan Iman mereka kepada
Allah dan tidak mengakui Fir'aun
sebagai Tuhan.
Selanjutnya dalam perjalanan itu Beliau
melihat segulongan manusia yang
memukul-mukul kepalanya sendiri
sehingga hancur luluh, akan tetapi
sekejap kemudian kepalanya utuh
kembali, lalu dihancurkan semula,
demikianlah seterusnya. Nabi s.a.w lalu
bertanya kepada Jibril?.. Jibril
menjawab: Mereka adalah
perumpamaan segulongan umat tuan
yang suka melengah-lengah (mengulur-
ulur) waktu solat, sampai akhirnya habis
waktu yang di tentukan.
Selanjutnya dalam perjalanan Beliau
melihat orang-orang yang memakan
kayu berduri serta batu panas yang
membara dari neraka Jahannam. Lalu
Beliaupun bertanya Jibril?..Jibril
menjawab: Mereka adalah
perumpamaan orang-orang yang tidak
mau mengeluarkan zakatnya. Jelas
mereka termasuk orang yang
menganiaya diri sendiri.
Selanjutnya dalam perjalanan Nabi s.a.w
melihat segolongan manusia yang
masing-masingnya menghadapi dua
buah mangkok, mangkok yang satu
berisi daging yang sudah dimasak dan
yang satunya lagi berisi daging mentah.
Akan tetapi anehnya mereka lebih suka
memakan daging yang mentah. Bertanya
Nabi s.a.w kepada Jibril?..Jibril
menjawab: Mereka adalah gambaran
diantara umat yang senang berbuat zina.
Mereka sebenarnya telah mempunyai
isteri yang sah, akan tetapi mereka
senang melepaskan nafsu syahwatnya
dengan perempuan lain yani berzina.
Demikianlah pula yang perempuan
melacurkan dirinya.
Selanjutnya dalam perjalanan Nabi s.a.w
menyaksikan pula ada kayu yang berduri
melintang di tengah jalan. Sesiapa yang
melaluinya pasti akan ditarik dan
dikaitnya sehingga pakaian akan koyak.
Nabi s.a.w bertanya kepada
Jibril?...Dijawab oleh Jibril: Itulah suatu
perumpamaan dari golongan umat yang
suka membuat kekacauan dan suka
duduk-duduk ditepi jalan, sehingga
menggangu orang-orang yang melewati
jalan itu.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan
orang-orang yang berenang dalam
sungai darah, lalu mereka di lempari
dengan batu, akan tetapi kemudian
batu-batu itu mereka makan. Nabi s.a.w
bertanya kepada Jibril?..Dijawab oleh
Jibril: Mereka perumpamaan segolongan
manusia yang suka memakan riba dan
duit haram.
Tidak lama kemudian Nabi s.a.w
menyaksikan seorang lelaki yang
memikul beban (kayu), tetapi tidak kuat
berjalan, anehnya beban itu semakin
bertambah dan begitulah seterusnya
sehingga orang itu kepayahan dan
terseksa. Nabi s.a.w bertanya kepada
Jibril?..Jawab Jibril: Dialah gambaran
orang yang suka menerima amanat
orang lain tetapi tidak mau menunaikan
(menyampaikannya) kepada yang
berhak.
Selanjutnya dalam perjalanan itu Nabi
menyaksikan orang-orang yang
memotong lidah dan bibirnya dengan
gunting besi, seketika itu utuh kembali,
namun segera pula di gunting lagi,
begitulah seterusnya, sehingga mereka
merasa penderitaan yang amat berat.
Nabi s.a.w. bertanya kepada
Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah
perumpamaan dari golongan manusia
yang suka memberi nasihat kepada
orang lain untuk membuat baik, tetapi
ia sendiri tidak pernah melakukan
kebaikan seperti yang di nasihatkan
kepada orang lain.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan
manusia yang tengah mencakar-cakar
wajahnya dan dadanya dengan kukunya
sendiri yang telah berubah menjadi kuku
tembaga. Nabi s.a.w bertanya kepada
Jibril? Jawab Jibril: Mereka adalah
perumpamaan orang-orang yang suka
menceritakan keaibpan (keburukan),
rahsia, kecacatan dan kejelekan orang
lain, dengan membesar-besarkannya
kepada orang lain.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan
sekelompok manusia yang mempunyai
bibir seperti unta, lalu disuapkan bara
kedalam mulutnya. Ini adalah contoh
bagi mereka yang memakan harta anak
yatim dengan jalan salah.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan
saekor lembu besar keluar dari lubang
yang sangat sempit lalu ia berusaha
untuk memasukinya kembali tetapi tidak
berjaya. Itu adalah contoh bagi mereka
yang bercakap besar dan dusta, lalu ia
ingin menarik kembali percakapannya
itu tetapi tidak berpeluang lagi.
Menyaksikan sekelompok wanita yang di
gantung buah dadanya sambil mereka
menjerit-jerit meminta pertolongan. Ini
adalah gambaran wanita yang
menyusukan anak mereka hasil dari
berzina dengan lelaki yang bukan
suaminya.
Menyaksikan sekelompok wanita yang di
gantung rambutnya diatas api neraka
sehingga mendidih otak di kepalanya. Ini
adalah gambaran balasan kerana mereka
tidak mahu menutup aurat di kepala
dari di pandang lelaki yang bukan
mahramnya.
Menyaksikan sekelompok wanita yang
digantung lidahnya diatas api neraka
lalu dituangkan air panas ke dalam
mulutnya. Ini adalah gambaran balasan
kerana mereka selalu menyakiti hati
suaminya dan bercakap dengan suara
yang kasar serta tinggi.
Itulah sebahagian riwayat-riwayat yang
sering kita temui dalam kitab-kitab kisah
Isra' Mi'raj yang meskipun oleh para
Ilmu Agama dikatakan bersumber dari
keterangan yang lemah, namun yang
jelas isinya merupakan peringatan untuk
kita berhati-hati di dalam kehidupan
dunia.
PERJALANAN NABI S.A.W DARI
MASJIDIL AQSHA KE SIDRATIL
MUNTAHA
Selanjutnya Malaikat Jibril menyediakan
tangga Mi'raj yang diambil dari syurga.
tangga Mi'raj itu di perbuat daripada
emas dan perak berlapis mutiara.
Melalui tangga inilah dengan
berkendaraan Buraq Nabi SAW, bersama
Malaikat Jibril lalu naik ke langit pertama
yaitu langit dunia.
Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan
pintu, kedengaran suara bertanya:
Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril.
Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah
bersamamu? Jibril a.s menjawab: Nabi
Muhammad s.a.w. Jibril a.s ditanya lagi:
Adakah Nabi Muhammad s.a.w telah
diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya,
Beliau telah diutuskan. Kemudian pintu
langit pun dibuka, Nabi Muhammad
s.a.w bersama Jibril segera masuk ke
langit pertama.
DI LANGIT PERTAMA
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu
dengan Nabi Adam a.s, bapak seluruh
umat manusia. Ketika Nabi Muhammad
s.a.w bertemu dengan Nabi Adam a.s,
Beliau disambut serta Nabi Adam a.s,
mendoakannya dengan doa kebaikan.
Pertemuan Nabi Muhammad s.a.w
dengan Nabi Adam a.s, di langit pertama
ini sebenarnya merupakan suatu i'tibar,
apabila kita berniat akan memulakan
perkerjaan atau perjalanan, hendaklah
terlebih dahulu kita datang kepada
orang tua, yakni ayah dan ibu untuk
memohon do'a restu keduanya agar
perkerjaan dan perjalanan itu
memperolehi kejayaan serta mendapat
keselamatan. Kemudian perjalanan di
teruskan, naiklah Nabi s.a.w bersama
Jibril kelangit kedua.
DI LANGIT KEDUA
Dengan iringan penghormatan serta
sambutan yang baik dari penjaga langit
kedua, masuklah Nabi Muhammad
s.a.w, bersama Jibril. Di langit yang
kedua Nabi Muhammad s.a.w bertemu
dengan Nabi 'Isa a.s dan Nabi Yahya a.s.
Kedua orang Nabi ini kemudian
memberikan do'a restunya untuk
keselamatan Nabi Muhammad s.a.w.
Kemudian naiklah Nabi Muhammad
s.a.w bersama Jibril ke langit yang ke
tiga.
DI LANGIT KETIGA
Sebagaimana di langit pertama dan
kedua, begitu juga sampai didepan langit
ketiga. Setelah selesai terjawab semua
pertanyaan, di bukalah pintunya di
sertai penghormatan oleh penjaga langit
itu kepada Nabi Muhammad s.a.w. Di
langit yang ketiga, Nabi Muhammad
s.a.w bertemu dengan Nabi Yusuf a.s,
yaitu seorang hamba Allah yang
memperolehi kurnia kecantikan paras
wajahnya. Pertemuan antara Nabi
Muhammad s.a.w, dengan Nabi Yusuf
a.s, di langit yang ketiga ini tidak
ubahnya seperti pertemuan dua
saudara. Selanjutnya Nabi s.a.w
bersama Jibril naik ke langit yang ke
empat.
DI LANGIT KEEMPAT
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu
dengan Nabi Idris a.s yang telah
memperolehi kurnia tempat yang tinggi
dari Allah s.w.t. Pertemuan ini pun tak
ubahnya seperti pertemuan dua orang
saudara yang telah lama berpisah.
Perjalananpun di teruskan, Nabi
Muhammad s.a.w bersama Jibril terus
naik ke langit yang ke lima.
DI LANGIT KELIMA
Dengan iringan penghormatan serta
sambutan yang baik dari penjaga langit
kelima, masuklah Nabi Muhammad
s.a.w, bersama Jibril. Di langit yang
kelima, Nabi Muhammad s.a.w bertemu
dengan Nabi Harun a.s. dengan penuh
penghormatan. Pertemuan inipun tidak
ubah seperti pertemuan dua orang
saudara, penuh mesra dan saling
hormat. Seterusnya Nabi s.a.w bersama
Jibril naik ke langit yang ke enam.
DI LANGIT KEENAM
Di langit ke enam ini Nabi s.a.w bertemu
dengan Nabi Musa a.s. Disini Nabi
Muhammad s.a.w menyaksikan suatu
keanehan, sebab tiba-tiba saja Nabi
Musa a.s menangis tersedu-sedu.
Apabila di tanyakan kepada
Beliau..Beliaupun menjawab: Kerana aku
tidak mengira ada seorang Nabi yang di
utus Allah sesudahku, ummatnya akan
lebih banyak yang masuk syurga dari
ummatku. Kemudian perjalanan di
teruskan ke langit ketujuh.
Hadis Rasulullah s.a.w. Diriwayatkan
daripada Ibnu Abbas r.a katanya:
Rasulullah s.a.w telah menceritakan
tentang perjalanan Israknya. Baginda
bersabda: Nabi Musa a.s berkulit sawa
matang dan tinggi seperti seorang lelaki
dari Kabilah Syanu'ah. Manakala Nabi
Isa a.s pula berbadan gempal, tingginya
sederhana. Selain dari itu baginda juga
menceritakan tentang Malik penjaga
Neraka Jahanam dan Dajjal
DI LANGIT KE TUJUH
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu
dengan Nabi Ibrahim a.s, disaat itu Nabi
Ibrahim sedang bersandar di Baitul
Ma'mur. Nabi s.a.w di sambut dengan
baik, penuh penghormatan seperti
menyambut anak sendiri. Nabi Ibrahim
a.s sempat memberikan nasihat kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
Wahai Muhammad, aku nasehatkan agar
engkau menyuruh umatmu untuk
memperbanyak tanaman surga. Nabi
SAW bertanya: Apakah yang tuan
maksud dengan tanaman surga itu?.
Jawab Nabi Ibrahima a.s. Tanaman
surga ialah ucapan : LAA HAULA WALAA
QUWWATA ILLAA BILLAAHIL 'ALIYYIL
'ADZIIM atau ucapan SUBHAANALLAAHI
WAL HAMDULILLAAHI WALAA ILAAHA
ILLALLAAHU HUWALLAAHU AKBAR.
Perlu di ketahui bahawasanya Baitul
Ma'mur adalah masjid para Malaikat
yang setiap harinya tidak kurang dari
70,000 malaikat masuk kedalamnya dan
apabila telah keluar, tidaklah mereka
mengulanginya lagi.
Tidak lama kemudian Jibril
menghidangkan tiga buah gelas, masing-
masing berisi arak, air susu dan madu,
supaya Nabi s.a.w memilihnya manakah
yang lebih disukainya. Beliaupun
memilih air susu, lalu di minumnya.
Berkatalah Jibril: Benarlah engkau ya
Muhammad. Itulah lambang kesucian
engkau. Demikian malaikat Jibril
mengatakan.
DI SIDRATIL MUNTAHA
Di Sidratil Muntaha ini Nabi Muhammad
s.a.w menyaksikan keindahan panorama
yang tiada bandingannya dan tidak
terdapat di tempat manapun apa lagi di
dunia ini. Dalam satu kesempatan di
Sidratul Mutaha, Nabi Muhammad s.a.w
sempat melihat, rupa Malaikat Jibril yang
asli. Di sebut dalam satu hadis yang di
riwayat Bukhari dan Muslim
bahawasanya Jibril mempunyai enam
ratus sayap. Selanjutnya Nabi
Muhammad s.a.w di ajak oleh Malaikat
Jibril menyaksikan keindahan bengawan
Al-Kautsar, sampai ke depan pintu
gerbang surga kemudian Beliau masuk
ke surga, di dalam surga Beliau
menyaksikan hal-hal yang
mengherankan, yang belum pernah
Beliau saksikan sebelumnya, juga
mendengar suara-suara yang belum
pernah Beliau mendengarnya, bahkan
apa saja yang menjadi kehendak hati
seketika wujud. Kesemuanya itu
disaksikan oleh Nabi s.a.w di dalam
surga, bahkan Beliau sempat membaca
tulisan yang terpampang di pintu surga
sebagai berikut, yang artinya:
SEDEKAH MEMPEROLEH PAHALA
SEPULUH KALI LIPAT DAN
MENGHUTANGI MEMPEROLEHI PAHALA
DELAPAN BELAS KALI LIPAT.
Bertanyalah Nabi s.a.w kepada Jibril:
Mengapakah pahala orang yang
memberi hutang lebih besar dari pada
pahala orang bersedekah?. Jibril
menjawab: Benar, sebab orang yang di
beri sedekah terkadang masih
mempunyai persediaan hidup,
sedangkan orang yang berhutang sudah
barang tentu dia sangat memerlukan,
yakni tidak mempunyai persediaan,
sedangkan ia tidak sudi berbuat
meminta-minta. Untuk kesempurnaan
pengetahuan Nabi s.a.w, diajak melihat
keadaan melihat neraka, di sisi Beliau
meyaksikan bermacam-macam
penyiksaan dan sebagainya. setelah
menyaksikan keadaan syurga dan
neraka, kemudian Nabi s.a.w
meneruskan perjalanan naik ke Sidratul
Muntaha sendirian tampa ditemani oleh
Malaikat Jibril, lantaran Jibril merasa
berat untuk melangkah lebih tinggi lagi.
Di Sidratul Muntaha Beliau mendengar
suara goresan pena penulis, yaitu kalam
yang menulis hukum-hukum Allah di
Lauhul-Mahfuzh.
Seterusnya Nabi Muhammad s.a.w
diangkat naik setingkat lagi sampai ke
'Arasy disinilah Nabi s.a.w menerima
perintah solat yang wajib di laksanakan
oleh Nabi s.a.w dan segenap ummatnya
sebanyak lima puluh kali sehari
semalam. Dan akhirnya hanya tinggal
lima waktu sehari malam setelah
dinasihati oleh Nabi Musa a.s dan
diperkenankan oleh Allah.
Juga di 'Arasy, Nabi Muhammad s.a.w,
menerima beberapa khushushiyyah yang
belum pernah diberikan kepada para
Nabi terdahulu. Mengenai beberapa
khushushiyyah, yang disebut antara lain
sebagi berikut:
Nabi s.a.w diberi oleh Allah : Surah Al-
Fatihah dan akhir Surah Al-Baqarah dari
ayat AAMANAR RASUULU sampai kepada
firmanNya FAN SHURNAA 'ALAL-QAUMIL
KAAFIRIINA.
Allah berfirman dalam surah Al-Fatihah.
Yang bermaksud: Dengan nama Allah,
Yang Maha Pemurah, lagi Maha
Mengasihani. Segala puji tertentu bagi
Allah, Tuhan yang memelihara dan
mentadbirkan sekalian alam. Yang Maha
Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Yang
Menguasai pemerintahan hari
Pembalasan (hari Akhirat). Engkaulah
sahaja (Ya Allah) Yang Kami sembah, dan
kepada Engkaulah sahaja kami
memohon pertolongan. Tunjukilah kami
jalan yang lurus. Iaitu jalan orang-orang
yang Engkau telah kurniakan nikmat
kepada mereka, bukan (jalan) orang-
orang yang Engkau telah murkai, dan
bukan pula (jalan) orang-orang yang
sesat.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah
ayat 285 & 286. Yang bermaksud:
Rasulullah telah beriman kepada apa
yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, dan juga orang-orang yang
beriman; semuanya beriman kepada
Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan
Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya.
(Mereka berkata): "Kami tidak
membedakan antara seorang dengan
yang lain Rasul-rasulnya". Mereka
berkata lagi: Kami dengar dan kami taat
(kami pohonkan) keampunanMu wahai
Tuhan kami, dan kepadaMu jualah
tempat kembali". Allah tidak memberati
seseorang melainkan apa yang terdaya
olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan
yang diusahakannya, dan ia juga
menanggung dosa kejahatan yang
diusahakannya. (Mereka berdoa dengan
berkata): "Wahai Tuhan kami! Janganlah
Engkau mengirakan kami salah jika kami
lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan
kami! Janganlah Engkau bebankan
kepada kami bebanan yang berat
sebagaimana yang telah Engkau
bebankan kepada orang-orang yang
terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan
kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada
kami apa yang kami tidak terdaya
memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan
kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan
berilah rahmat kepada kami. Engkaulah
Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami
untuk mencapai kemenangan terhadap
kaum-kaum yang kafir".
Nabi s.a.w menerima Ilmu tentang:
1. Islam
2. Hijrah
3. Jihad
4. Sedekah
5. Puasa Rammadhan
6. Amal Ma'ruf
7. Nahyi Mungkar
8. Solat
Nabi Muhammad s.a.w memperolehi
darjat yang tertinggi, yaitu Asma Allah di
sebutkan bersamaan dengan nama
Muhammad ( LAA-ILAAHA ILLALLAAHU,
MUHAMMADUR-RASUULULLAAH ) di
dalam azan, tasyahhud dan lain-lainnya.
Nabi Muhammad s.a.w juga menerima
gelar HABIBULLAH dan SAYYIDUL
AWWALIINA WAL AKHIRIINA .
Setelah Nabi Muhammad s.a.w
melakukan tugas perjalanan Isra' dan
Mi'raj, dengan membawa perintah solat
lima waktu sehari semalam, maka Beliau
turun sampai ke Masjidil Haram di
Mekah. Beliau datang di Mekah sebelum
subuh. Keesokan harinya Beliau
menceritakan peristiwa Isra' dan Mi'raj
yang dialaminya semalam kepada Abu
Jahal dan segenap kaumnya. Kaum
Quraisy amat gembira mendengar cerita
Nabi s.a.w ini, kerana menjadikan bukti
yang jelas, akan kedustaan dan
kepalsuan seruan Nabi Muhammad
s.a.w. Cerita ini yang menurut mereka
amat berlebih-lebihan dan melampaui
batas ini akan menjadi sebab yang dapat
menjauhkan orang dari Nabi
Muhammad s.a.w . dan orang yang
masih ragu-ragu akan segera
meninggalkan Nabi s.a.w dan tidak akan
memikirkan lagi untuk mengikui dan
menerima agamanya. Dugaan kaum
Quraisy meleset, hal ini ternyata, utusan
yang dikirim kaum Quraisy kepada Abu
Bakar As-Shiddiq menyampaikan
pertanyaan: Abu Bakar, dapatkah
engkau mempercayai dan membenarkan
Muhammad yang mengatakan ia baru
saja pergi ke Baitul Maqdis dan dari
sana ia terus naik ke langgit yg ke tujuh,
lalu pada malam itu juga ia kembali ke
Mekah? Pertanyaan ini dijawab oleh Abu
Bakar dengan tegas. Kalau memang
Beliau menyatakan demikian, benarlah
ia dan pun percaya.
Utusan Quraisy mengulangi pertanyaan:
Apakah engkau membenarkan hai Abu
Bakar?. Dengan tegas Abu Bakar
menjawab: Aku membenarkan dan aku
yakin dan percaya. Dengan jawaban Abu
bakar yang demikian mereka kecewa
dan memfitnah Nabi Muhammad s.a.w
dan menuduhnya sebagai seorang
pendusta, gila dan lain sebagainya.
Dengan demikian kita dapat memgambil
kesempulan, bahwa sejak dahulu hingga
sekarang kaum muslimin telah yakin dan
percaya serta beriman terhadap
peristiwa Isra' dan Mi'raj. Sebagai
penutup marilah kita berdo'a semoga
Allah s.w.t selalu berkati, melindungi
kita dan mudah-mudahan kita
senantiasa di bawah naungan keridhaan
Nya.
Hikmah Isra Mi’raj Nabi Muhammad
SAW
Perintah sholat dalam perjalanan isra
dan mi’raj Nabi Muhammad SAW,
kemudian menjadi ibadah wajib bagi
setiap umat Islam dan memiliki
keistimewaan tersendiri dibandingkan
ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga,
dalam konteks spiritual-imaniah
maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’
Mi’raj merupakan kajian yang tak
kunjung kering inspirasi dan hikmahnya
bagi kehidupan umat beragama (Islam).
Perintah sholat dalam perjalanan isra
dan mi’raj Nabi Muhammad SAW,
kemudian menjadi ibadah wajib bagi
setiap umat Islam dan memiliki
keistimewaan tersendiri dibandingkan
ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga,
dalam konteks spiritual-imaniah
maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’
Mi’raj merupakan kajian yang tak
kunjung kering inspirasi dan hikmahnya
bagi kehidupan umat beragama (Islam).
Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-
Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah,
melalui buku yang berjudul asli ‘Kitab al-
Mikraj’ ini, berupaya memberikan peta
yang cukup komprehensif seputar kisah
dan hikmah dari perjalanan agung Isra’
Mi’raj Nabi Muhammad SAW, beserta
telaahnya. Dengan menggunakan
sumber primer, berupa ayat-ayat Al-
Quran dan hadist-hadits shahih, Imam
al-Qusyairi dengan cukup gamblang
menuturkan peristiwa fenomenal yang
dialami Nabi itu dengan runtut.
Selain itu, buku ini juga mencoba
mengajak pembaca untuk menyimak
dengan begitu detail dan mendalam
kisah sakral Rasulullah SAW, serta
rahasia di balik peristiwa luar biasa ini,
termasuk mengenai mengapa mikraj di
malam hari? Mengapa harus menembus
langit? Apakah Allah berada di atas?
Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa
dialami orang lain? Ataukah ia semacam
wisata ruhani Rasulullah yang patut kita
teladani?
Bagaimana dengan mikraj para Nabi
yang lain dan para wali? Bagaimana
dengan mikraj kita sebagai muslim?
Serta apa hikmahnya bagi kehidupan
kita? Semua dibahas secara gamblang
dalam buku ini.
Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj
merupakan perjalanan suci, dan bukan
sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi
Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi
perjalanan bersejarah yang akan menjadi
titik balik dari kebangkitan dakwah
Rasulullah SAW. John Renerd dalam
buku ”In the Footsteps of Muhammad:
Understanding the Islamic Experience,”
seperti pernah dikutip Azyumardi Azra,
mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah
satu dari tiga perjalanan terpenting
dalam sejarah hidup Rasulullah SAW,
selain perjalanan hijrah dan Haji Wada.
Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar
merupakan perjalanan heroik dalam
menempuh kesempurnaan dunia
spiritual.
Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke
Madinah pada 662 M menjadi
permulaan dari sejarah kaum Muslimin,
atau perjalanan Haji Wada yang
menandai penguasaan kaum Muslimin
atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj
menjadi puncak perjalanan seorang
hamba (al-abd) menuju sang pencipta
(al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan
menuju kesempurnaan ruhani (insan
kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut
para sufi, adalah perjalanan
meninggalkan bumi yang rendah menuju
langit yang tinggi.
Inilah perjalanan yang amat didambakan
setiap pengamal tasawuf. Sedangkan
menurut Dr Jalaluddin Rakhmat, salah
satu momen penting dari peristiwa Isra
Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW
“berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu,
dengan penuh hormat Rasul berkata,
“Attahiyatul mubaarakaatush
shalawatuth thayyibatulillah”; “Segala
penghormatan, kemuliaan, dan
keagungan hanyalah milik Allah saja”.
Allah SWT pun berfirman,
“Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu
warahmatullahi wabarakaatuh”.
Mendengar percakapan ini, para
malaikat serentak mengumandangkan
dua kalimah syahadat. Maka, dari
ungkapan bersejarah inilah kemudian
bacaan ini diabadikan sebagai bagian
dari bacaan shalat.
Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam
buku ‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993)
mengungkapkan bahwa pengalaman
ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat
Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual
dari shalat yang di jalankan umat islam
sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat
adalah mi’raj-nya orang-orang beriman.
Sehingga jika kita tarik benang
merahnya, ada beberapa urutan dalam
perjalanan Rasulullah SAW ini.
Pertama, adanya penderitaan dalam
perjuangan yang disikapi dengan
kesabaran yang dalam. Kedua,
kesabaran yang berbuah balasan dari
Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan
perintah shalat. Dan ketiga, shalat
menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan
kaum Muslimin untuk bangkit dan
merebut kemenangan. Ketiga hal diatas
telah terangkum dengan sangat indah
dalam salah satu ayat Al-Quran, yang
berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu)
orang-orang yang meyakini, bahwa
mereka akan menemui Tuhannya, dan
bahwa mereka akan kembali kepada-
Nya.”
Mengacu pada berbagai aspek diatas,
buku setebal 178 halaman ini setidaknya
sangat menarik, karena selain
memberikan bingkai yang cukup lengkap
tentang peristiwa Isra’ mikraj Nabi saw,
tetapi juga memuat mi’rajnya beberapa
Nabi yang lain serta beberapa wali.
Kemudian kelebihan lain dalam buku ini
adalah dipaparkan juga mengenai kisah
Mikrajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mikraj
bagi ulama kenamaan ini merupakan
rujukan bagi kondisi, kedudukan, dan
perjalanan ruhaninya menuju Allah.
Ia menggambarkan rambu-rambu jalan
menuju Allah, kejujuran dan ketulusan
niat menempuh perjalanan spiritual,
serta keharusan melepaskan diri dari
segala sesuatu selain Allah. Maka,
sampai pada satu kesimpulan, bahwa
jika perjalanan hijrah menjadi
permulaan dari sejarah kaum Muslimin,
atau perjalanan Haji Wada yang
menandai penguasaan kaum Muslimin
atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj
menjadi “puncak” perjalanan seorang
hamba menuju kesempurnaan ruhani.
Referensi:
http://duniabaca.com/pengertian-
sejarah-dan-hikmah-isra-miraj-nabi-
muhammad-saw.html
http://
jaflashnet.blogspot.com/2012/06/
peristiwa-isra-mi-raj.html
http://
artikelpengusahamuslim.blogspot.com/
2012/05/sejarah-isra-miraj-nabi-
muhammad-saw.html

Share this post :

Posting Komentar

PAPAN PENGUMUMAN

Statistik Blog

 
Support : dzulAceh | DownloadRPP | BerintaNanggroe
Copyright © 2015. IPNU IPPNU PASURUHAN LOR - All Rights Reserved
Template by Cara Gampang Modified by dzulAceh
Proudly powered by Blogger