Selamat Datang di Portal Pendidikan

HUMOR

Mencuri Di Masjid


Di sebuah perkampungan terjadi mati lampu, sehingga keadaannya gelap gulita. Saat itulah dua orang pencuri mulai dengan aksinya, mereka ingin mencuri uang yang ada di Masjid. Ketika itu ada orang meninggal dan jenazahnya belum sempat di kuburkan sehingga di letakkan di dalam Masjid.

Pertama kali masuk ke Masjid si pencuri begitu terkecut karena pintu Masjid tidak terkunci padahal dia sudah membawa kunci buatannya sendiri. Masuklah kedua orang tersebut ke dalam Masjid dengan perlahan-lahan. Ternyata yang menjadi incaran si pencuri tersebut telah ada di depan langkahnya, di angkatnya lah geranda jenajah tersebut keluar dari Masjid dengan perlahan-lahan.

Di tengah perjalanan, pencuri yang di belakang ingin mengambil bagiannya terlebih dahulu, dimusukkannya lah tangannya kedalam geranda itu, di rabanya isinya ternyata yang di pegangnya adalah mata si jenajah itu, kemudian hidung dan mulutnya. Terkejutlah dia, sehingga dia ingin mengatakan pada temannya yang ada di depan.

Ada orang. Ada orang., tekejutlah temannya yang ada di depan dia menyangka ada orang yang mengejar mereka, dicepatkannya langkahnya, temannya yang ada di belakang terus mengatakan ada orang. Ada orang. Tambah di cepatkannya langkahnya oleh temannya yang ada di depan.

Tanpa mereka sadari mereka teleh melewati jalan yang salah, mereka kembali lagi keperkampungan itu. Saat itulah lampu hidup, begitu terkejutnya orang-orang yang ada di sekitar mereka. Wooi ada pencuri jenazah, semua orang pada berdatangan dan mengepung pencuri tersebut, tertengkaplah mereka. Mereka di ikat dan di bawah ke kelurahan untuk di tindak lanjuti.

Diperjalanan teman yang mengangkat gerenda pada posisi depan terus menggerutuk kepada temannya tersebut “Kenapa tidak bilang kalau isinya orang”. Temannya berkata “tadi saya sudah bilang ada orang”. “Sangka saya ada orang yang mengejar kita “kata temannya. Mereka terus meributkan soal itu. “Sial buat apa kita mencuri jenajah, dasar sial”.


SERSAN

Selain dijuluki 'vokalis' oleh teman-temannya, Maswa juga diberi pangkat layaknya seorang tentara. Dia berpangkat sersan, serius tapi santai. Saking santainya, kadang kelihatan seperti pemalas.
Alkisah, sebagaimana santri yang lain, pada malam di bulan Ramadhan Maswa shalat tarawih. Akan tetapi, pada malam itu Maswa shalat sambil duduk. Kontan tingkah laku Maswa mendapat reaksi dari beberapa teman yang duduk disebelahnya.
"Maswe, kamu itu niat enggak sih..?"
"Masa sholat enggak niat, kamu itu gimana?"
"Maksudku jangan sambil duduk, kayak orang lumpuh aja!"
"Lo… inilah keistimewaan shalat sunnah. Bisa sambil duduk, meskipun tidak sakit. An-naflu ausa'u min al-fardhi; ibadah sunnah itu lebih lonngar daripada ibadah wajib. Apalagi duduk, enggak shalat pun enggak apa-apa kan..?" Heeeeee


Nasrudin Dan Pintu Mobil
Suatu hari tetangga nasrudin melihat nasrudin membawa pintu mobil sambil keliling kampung kesana kemari
tetangganya binggung melihat kelakuan nasrudin
lalu dia berinisatif bertanya pada nasrudin
hey nasrudin mau kau bawa kemana pintu mobil tersebut apakau tidak merasa berat
lalu dengan enteng nasrudin menjawab “jadi kalau kedinginan jendela mobilnya saya tutup tapi kalau kepanasan saya buka” :)

Masuk Surga Karena Ilmu Nahwu

As-sibawaih yang memiliki nama asli Amr ibn Abbas adalah salah satu tokoh ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu terutama ilmu tata bahasa Arab yang dikenal dengan nama Nahwu. Beberapa hari setelah meninggalnya ulama yang dikenal sebagai orang yang tubuhnya mengeluarkan aroma buah apel ini, salah seorang sahabat beliau bermimpi bertemu dengannya yang tengah menikmati kemegahan di alamnya.
Sang Sahabat melihat Imam Sibawaih sedang memakai pakaian yang sangat mewah dengan hidangan beraneka warna disekitarnya serta dikelilingi oleh beberapa bidadari rupawan di sebuah tempat yang sangat indah mempesona.Sahabat itupun bertanya kepada Imam Sibawaih, gerangan apa yang membuatnya menerima kemulyaan begitu rupa. Imam Sibawaih kemudian menceritakan pengalamannya ketika ditanya oleh malaikat di dalam kubur.
Ketika malaikat sudah menanyakan pertanyaan-pertanyaan kubur yang seluruhnya dapat dijawab dengan baik, malaikat bertanya kepadanya :
“Tahukah anda, perbuatan apa yang telah membuat anda bisa menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan kami tadi?”
“Apakah karena ibadah saya?” Imam Sibawaih mencoba menebak.
“Bukan itu!” kata Malaikat.
“Apakah karena ilmu saya?”
“Bukan itu!”
“Apakah karena karangan-karangan saya?”
“Bukan!”
”Berbagai jawaban yang diberikan oleh Imam Sibawaih tidak ada yang dibenarkan oleh Malaikat.
Hingga akhirnya Imam Sibawaih menyerah karena tidak mengetahui jawaban sebenarnya.
“Allah SWT telah menyelamatkan anda sehingga anda dapat menjawab pertanyaan kubur dengan baik adalah karena pendapat anda yang menyatakan bahwa yang paling ma’rifat dari semua isim ma’rifat adalah lafazh jalalah”. Kata Malaikat menerangkan.


"Do'a Kubur"
Suatu ketika Kiai NU bertemu dengan seorang yang tidak percaya kalau do'a yang dikirimkan kepada ahli kubur akan sampai. Kontan saja terjadi dialog antara Ketua PBNU Umum ini dengan orang tersebut yang diketahui tidak sepaham dengan orang NU.
"Kami tidak percaya dengan do'a yang dikirimkan kepada ahli kubur, karena tidak akan sampai pada yang bersangkuta, "ujar orang tersebut kepada Kiai.
"Ljo, bacaaan itu untuk mendoakan orang yang sudah wafat agar terhindar dari siksa kubur. Itu doa baik, jelas Kiai.
"Tidak mungkin sampai, Pak Kiai, masa orang mati bisa dikirimi doa, jelas tidak akan bisa sampai, "bantah orang tadi ngotot.
saking sulitnya orang tersebut mau menerima penjelasan dengan berbagai dalil-dalil yang ada, Kiai memberi pemahaman dengan cara sederhana.
"kalau sampean tidak percaya, sekarang orang tua sampean saya doakan semoga mendapat siksa dari Allah SWT dan masuk neraka. Saya mendoakan gini sampean tidak boleh marah lho, karena doa itu tidak akan sampai, "kata Kiai sedikit bergurau".
Sontak saja, orang tadi bingung dan akhirnya mempercayai akan doa yang dikirimkan bagi ahli kubur. [qomarul adib]


Baju Pramugari
Para Kyai berdebat tentang boleh tidaknya brtayamum dengan kursi-kursi yang ada di pesawat, terutama bagi jamaah haji Indonesia yang berada di pesawat agak lama. Sebagian menyatakan boleh karena dalam udara ini selalu ada debu. Ada juga yang mengutip imam madzhab bahwa setiap barang yang terbakar pasti memuat unsur debu.
Namun banyak pula yang menolah bertayamum dengan kursi pesawat, karena pesawat tertutup bahkan sering berada di luar angkasa. Lagi pula kursi pesawat selalu dibersihkan ruti, sehingga tidak mungkin ada debu.
Nah, di tengah perdebatan itu Kyai Mahfud Masduku nyeletuk, "Kalau masih ragu tayamum dengan kursi pesawat, yang pasti ada debunya ya baju pramugari itu karena dia pasti naik turun pesawat." Katanya. Para Kyai lainnya tertawa, mungkin sambil membayangkan paramugari.
Sumber : NU Online

Amplop Kyai
Suatu hari saaat pulang mengisi acara pengajian umum, pengasuh pesantren Roudlotul Muta’alimin Kudus, KH. Ma’ruf Irsyad diikuti seseorang bersepeda motor yang melaju kencang. Ketika sampai di gang menuju rumahnya, Kyai Ma’ruf dihentikan orang tersebut yang dietahui sebagai seorang panitia pengajian.
“ ada apa mas kok tergesa-gesa begit ?,” Tanya Kyai Ma’ruf.
“maaf Pak Kyai, kami mau menyampaikan amplop bisyaroh pengajian tadi,” kata panitia.
Kontan saja Kyai Ma’ruf kaget, karena merasa sudah menerima saat berjabat tangan pamit pulang tadi. “lho tadi saya sudah diberi amplop kok?” ujar kyai Ma’ruf.
‘Iya Kyai maaf, tadi tadi kami salah ambil dari saku baju. Bukannya amplop berisi bisyaroh yang kami sampaikan, tapi tertukar kertas susunan acara pengajian,” jelasnya seraya menyampaikan amlop bisyarohnya
Kyai Ma’ruf pun tersenyum. (Qomarul Adib)

Santri Sigap....

Suatu ketika salah seorang santri di salah satu pondok pesantren di Buntet-Cirebon disuruh membeli rokok oleh Kyainya. Bagi santri perintah Kyai tidak boleh dipantang. Justru oleh sebagian santri, perintah dari Kyainya adalah hal yang ditunggu-tunggu. Untuk “ngalap” (mengambil) barokah katanya.
Dikalangan santri pondok salaf berkembang keyakinan jika menyepelekan Kyai, sama artinya menghilangkan barokah Kyai. Akibatnya bias fatal. Bias-bisa boyong (pulang kampung) dengan tangan hampa, karena ilmunya tidak bermanfaat. Karir Kyai kampung yang selama ini diimpi-impikan bias-bisa berantakan, bahkan gara-gara tidak dapat barokah Kyai posisi imam tahlil di kampungnya bias jadi kandas. Karena itu, menjalankan titah Kyai itu hukumnya wajib, bahkan “fardu ain”.
Pada saat menemani tamunya duduk-duduk mengobrol sambil minum kopi di teras, Kyai memanggil salah seorang santri yang kebetulan lewat di depan rumahny. Santri itupun langsung menghampiri.
“tolong belikan rokok marbloro…. !,” kata Kyai. Tapa banyak Tanya santri bergegas lari ke warung. Namun, tidak lama berselang dia sudah kembali. “punten kyai, marbloro merah apa putih ?,” tanyanya. “marbloro merah,” jawab Kyai. Selang dua menit santri itupun dating lagi. “punten Kyai adanya marbloro putih, gimana ?,” katanya dengan nafas terengah-engah karena berlari. “ya sudah ga apa-apa” jawab Kyai.
Dengan sigap si santri ngeloyor pergi setengan berlari. Tapi lagi-lagi kurang dua menit dia sudah kembali. ‘mana rokoknya ?,” Tanya Kyai. “maaf anu Kyai, saya lupa uangnya belum dikasih, “ jawab santri yang tampak terlihat lemas. “makanya kalau disuruh perhatikan dulu perintahnya biar tuntas dan jelas, jangan main nyelonong aja,” jawab Kyai sambil menyerahkan uang.
Dengan jalan agak seloyongan, santri itupun pergi menuju warung, kali ini dia sudah tidak sanggup lagi beralari.

Mengejar Ikan

Dari dulu sampai sekarang orang Madura terkenal pandai berdiplomasi bahasa pesantrennya ahli manteq. Setidaknya demikianlah seperti peristiwa yang dialami tokoh kita, Abu Tomang.
Sebagai orang Madura pesisir, seperti yang lainnya, Abu Tomang juga bekerja sebagai pencari ikan atau nelayan. Pada suatu hari ketika tanpa disadarinya, perahu layar yang digunakannya untuk mencari ikan berjalan jauh meninggalkan pelabuhan pulau garam, Madura. Sehingga tanpa disadarinya, peraho patroli negara tetangga, Malaysia telah menghadangnya dan Abu Tomang dan kawan-kawannya digiring ke pos pemeriksaan.
Polisi : Mengerti, kenapa kalian ditangkap.
Abu Tomang : Mengerti, Pak. Karena masuk wilayah negara Malaysia tanpa izin.
Polisi : Kalian telah mencuri ikan-ikan negara kami.
Abu Tomang : Tidak, Pak. Sungguh tidak mencuri.
Polisi : Ini buktinya (kata polisi sambil menunjukkan ikan-ikan hasil tangkapan Abu Tomang dan kawan-kawan)
Abu Tomang : (karena merasa terpojok, akhirnya menjawab sekenanya). Itu bukan ikan-ikan negara tuan. Tetapi ikan-ikan yang lari saya kejar dari Sumenep Madura.
Polisi : ………???????? (akhirnya Abu Tomang dkk dilepaskan)
(Muhammad Nabil)

Abu Tomang Di Hotel

Pagi-pagi sekali para undangan yang terdiri dari tokoh masyarakat itu sudah memadati suatu hotel berbintang di Jakarta. Tidak biasanya acara semacam ini diadakan di hotel. “Panitia ingin menghormati para tokoh masyarakat yang datang jauh-jauh ke Jakarta.” Kata panitia memberi alasan.
Panitia sibuk sekali. Resepsionis hotel kelihatan tidak berfungsi, karena para tokoh yang kebanyakan para kiai itu tidak ada yang menghampiri deretan muda mudi berpakaian rapi itu. Jadilah para panitia kelabakan melayani para tamu.
“Dik, kamar saya mana? Tanya Abu Tomang
“Nomor berapa kiai?”, tanya salah satu panitia kepada Abu Tomang sambil melirik kertas yang ada ditangan Kiai Abu Tomang.
“Tujuh ratus tiga puluh satu,” Jawab Abu Tomang
Setelah dijelaskan, Abu Tomang tidak juga berangkat ke kamarnya, dia minta diantarkan panitia. Panitia pun terpaksa mengantarkan ke kamarnya yang ada di lantai tujuh lewat lift. Sesampai di depan kamar, panitia membukakan pintu dan mempersilahkan Abu Tomang masuk ke kamar.
Selang beberapa menit di lobb hotel, panitia tadi ditepuk orang dari belakang.
“Dik, saya pindah ke lantai bawah saja, lantai tujuh ketinggian”. Kata orang itu yang ternyata Abu Tomang sudah ada di belakangnya. Dengan sabar panitia itu melayani Abu Tomang yang sudah tua itu.
“Kiai di lantai dua saja”, kata panitia itu kemudian mengantar Abu Tomang ke kamar lantai dua dan setelah itu kembali lagi ke lobb hotel.
Selang beberapa menit lagi, Abu Tomang sudah kembali lagi. “Ada apa lagi kiai,” tanya panitia itu. “Dik, saya sudah pindah dua kali kok lampu kamarnya mati semua. Carikan yang lampu kamarnya menyala,” kata Abu Tomang.
“Oo, jadi kiai pindah tadi karena lampunya mati, mari aku antar ke kamar tadi untuk membetulkan lampunya, “ kata panitia tadi.
Ketika sampai di kamar panitia tadi menyalakan lampu sambil memberikan kursus kilat bagaimana cara menghidupkan lampu kamar hotel. Melihat cara yang sederhana itu, Abu Tomang menimpali, “kalau Cuma begini saya bisa” katanya dengan logat Madura yang kental.

Ada Abunya, tidak ??

Orang Madura, walaupun terkenal keras dan pemberani, namun juga terkenal sebagai orang yang jujur, lugu dan apa adanya. Sehingga, walaupun sesuatu itu benar, tetapi kalau tidak sesuai dengan aslinya, maka ditolak, tidak mau menerima.
Seperti masalah nama saja, walaupun itu jelas nama dia tetapi kalau tidak pas dan lengkap, maka tidak akan ditanggapinya.
Di sebuah madrasah, dimana Abu Tomang belajar, ada kejadian lucu ketika acara perkenalan murid baru. Setelah gurunya memperkenalkan diri, kemudian ganti gurunya memanggil murid-murid dengan membaca buku absen.
Guru : Zain !
Murid : Ada (jawab Zainuddin)
Guru : Dulah !
Murid : Ada (jawab Muhammad Abdullah)
Guru : Tomang !
: (tidak ada yang jawab, sampai gurunya mengulang tiga kali dan hampir memberi tanda absen)
Abu Tomang : Ada Abu-nya Nggak, Pak ? kalau ada saya Pak !
(gerrr….. tawa murid-murid yang lain)
Muhammad Nabil
Share this post :

Posting Komentar

PAPAN PENGUMUMAN

Statistik Blog

 
Support : dzulAceh | DownloadRPP | BerintaNanggroe
Copyright © 2015. IPNU IPPNU PASURUHAN LOR - All Rights Reserved
Template by Cara Gampang Modified by dzulAceh
Proudly powered by Blogger