Selamat Datang di Portal Pendidikan

Resensi Film Habibie & Ainun

Habibie&Ainun, poster film itu terpampang
jelas di depan pintu masuk 21 Cineplex Elos
Bogor. Dan akhirnya, dua hari yang lalu aku
berkesempatan untuk menonton film
tersebut. Film yang dibintangi Reza Rahardian
dan Bunga Citra Lestari  itu menceritakan
mengenai perjalanan hidup Pak Habibie dan
juga kisah cintanya dengan Ibu Ainun.
Setting awal dimulai ketika Habibie dan Ainun
masih remaja, mereka memang bersekolah
ditempat yang sama dan gurunya kala itu
sempat bergurau dengan mengatakan kalau
sebernarnya mereka berjodoh tapi Habibie
menyangkalnya, ia malah mengatakan kalau
Ainun itu hitam, jelek, gendut, seperti gula
jawa.
Tahun demi tahun pun berlalu, Habibie yang
berkuliah di Jerman terpaksa harus pulang ke
Indonesia karena penyakit Tubercolosis yang
dideritanya. Tapi dari situlah cerita cinta
Habibie&Ainun berlanjut. Habibie akhirnya
dipertemukan kembali dengan Ainun lewat
kue yang harus diantarkannya ke rumah
Ainun.
Ainun yang telah berubah menjadi gadis
muda nan cantik pun, membuat Habibie jatuh
hati. Karena kecantikannya banyak pria yang
menaruh hati padanya. Dan kebanyakan pria
yang menyukainya adalah pria yang
berpangkat dan kaya, tapi Habibie sama
sekali tidak minder. Dengan santainya ia
datang ke rumah Ainun dengan menggunakan
becak sedangkan para ‘pesaingnya’ itu
kebanyakan bermobil.
Hebatnya, Ainun sendiri tidak silau dengan itu
semua, ia lebih memilih Habibie dan hidup
bersama dengannya. Setelah menikah,
mereka pergi ke Jerman. Disana Habibie
menyelesaikan studi S3-nya dan berharap
bisa kembali ke Indonesia untuk bisa
membuat sebuah pesawat anak bangsa
seperti janji yang pernah diucapkan olehnya
ketika sakit.
‘Dinegeri orang dipuji, dinegeri sendiri dicaci.’
Mungkin itu kalimat tepat yang
menggambarkan kondisi Habibie saat itu.
Habibie yang dihormati di Jerman, ternyata
tidak dihormati dinegerinya sendiri. Mimpi
Habibie untuk bisa membangun tanah air
tempat ia dilahirkan, mengalami hambatan.
Dengan terpaksa ia menerima semua itu
dengan lapang dada dan bekerja di Industri
Kereta Api di Jerman.
Sampai akhirnya, Habibie memiliki
kesempatan untuk bisa mewujudkan
mimpinya. Ia di beri kesempatan untuk
membuat pesawat terbang dinegerinya
sendiri. Setelah menjadi wakil dirut IPTN,
kemudian ia diangkat menjadi menteri,
kemudian menjadi wakil presiden dan
akhirnya menjadi presiden menggantikan
Soeharto yang lengser dari jabatannya.
Setiap kesuksesan pasti ada pengorbanan.
Kesuksesan Habibie yang ingin mengabdikan
diri pada negara, berdampak pada
keluarganya. Ia tak lagi sempat
menghabiskan waktu dengan keluarganya,
bahkan untuk dirinya sendiri pun tidak. Tidur
pun hanya 1 jam setiap harinya.
Ketika Habibie tak mencalonkan diri sebagai
presiden di pemilu berikutnya, ia pun kembali
ke Jerman bersama dengan Ainun. Disana
mereka hidup lebih tenang dan damai. Tapi
ketenangan dan kedamaian itu tak bertahan
lama. Ainun yang divonis menderita kanker
ovarium stadium 4, memaksanya harus
dirawat di rumah sakit dan menjalankan
operasi berkali-kali. Selama sakit, Habibie
dengan setia merawat Ainun dan menjaganya
sampai Ainun menutup mata untuk selama-
lamanya.
Kurang lebih itulah sedikit ulasan mengenai
film Habibie&Ainun. Film yang membuat
presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menitikkan air mata ini, memang sukses pula
membuatkan tak berhenti menangis walaupun
film sudah berakhir.
Ada banyak sekali adegan yang membuatku
terharu, diantaranya adalah ketika Habibie
sama sekali tidak memiliki uang untuk pulang
kerumahnya, dan harus berjalan ditengah
badai salju dengan sepatu yang bolong
sampai harus ditambal dengan kertas agar ia
bisa berjalan kembali. Ainun yang melihat
kaki Habibie yang terluka ketika sampai
rumah, tak tega dan meminta Habibie untuk
memulangkannya ke Indonesia agar bisa
membantu biaya Habibie selama di Jerman.
Selain itu ada adegan dimana ketika Ainun
yang sedang sakit parah tapi sempat
menuliskan daftar obat yang harus diminum
oleh Habibie, karena selama ini dialah yang
menyiapkan obat untuknya. Dan masih banyak
adegan-adegan haru yang lainnya yang terlalu
panjang jika ditulis disini.
Setelah menonton film ini, aku kembali
teringat dengan artikel yang pernah aku baca
ketika Habibie berkunjung kantor Manajemen
Garuda Indonesia, Januari lalu, yang tentunya
tidak diceritakan di film ini.
Ternyata setelah 2 minggu ditinggalkan Ibu
Ainun, suatu hari ia memakai piyama tanpa
alas kaki dan berjalan mondar-mandir
memanggil. “Ainun..Ainun…”, ia mencari Ibu
Ainun disetiap sudut rumah.
Para dokter yang melihat perkembangannya
sepeninggalan Ibu Ainun, berpendapat.
“Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika
terus begini, kita para dokter harus tolong
Habibie.”
Lalu berkumpullan dokter dari Jerman dan
Indonesia, dan memberi Habibie 3 pilihan.
1. Opsi pertama, Ia harus dirawat dirumah
sakit, diberi obat khusus sampai ia dapat
mandiri meneruskan hidupnya. Artinya
Habibie gila dan harus dirawat di rumah
sakit.
2. Opsi kedua, Para dokter akan
mengunjunginya dirumah dan harus
berkonsultasi terus menerus dengan mereka
dan ia harus mengkonsumsi obat khusus.
Sama saja, artinya ia sudah gila dan harus
diawasi terus menerus.
3. Opsi ketiga, Ia disuruh menuliskan apa
saja mengenai Ainun, anggaplah ia bercerita
dengan Ainun, seolah Ainun masih hidup.
Dan Habibie memilih opsi ketiga.
Ketika aku membaca artikel itu ditambah
dengan menonton film yang diangkat dari
novel dengan judul yang sama. Rasa kagum,
haru dan iri langsung muncul dibenakku.
Kagum dan haru atas ketulusan cinta yang
diperlihatkan Pak Habibie kepada Ibu Ainun.
Tapi juga iri, karena sebagai perempuan aku
pun berharap bisa mendapatkan pria seperti
Pak Habibie, yang mencintaiku dengan tulus
dan murni.
Ibu Ainun sendiri juga merupakan perempuan
hebat. Dia menepati janjinya untuk selalu
mendampingi Pak Habibie sampai akhir
hidupnya, dikala susah maupun senang.
Bahkan didetik-detik terakhir menjelang
kepergiannya, ia tetap memikirkan Pak
Habibie.
Dan ini pesanku untuk ‘Habibieku’ yang
sampai sekarang belum terlihat siapa
orangnya. Aku akan terlebih dahulu menjadi
‘Ainun’ yang pantas mendampingimu sebelum
kita bertemu.. :)
Eits, jadi ngelantur nih. Hehehe.. Maaf
yah.. :D
Overall, film ini memang layak dan very
recommended untuk ditonton. Ada banyak
pesan dan pelajaran yang dapat kita ambil.
Nah, daripada kalian penasaran mending
kalian cepat-cepat pergi ke bioskop dan
segera menonton film yang baru saja
diluncurkan pada tanggal 20 Desember ini.
Engga akan rugi deh!!
“Saya tidak bisa, saya tidak bisa berjanji akan
menjadi istri yang sempuran untukmu. tapi
saya akan selalu mendampingimu, saya janji
itu.”-Ainun, ketika dilamar oleh Habibie.
“Setiap ujung terowongan pasti ada cahaya,
dan saya janji akan membawamu ke cahaya
itu.”-Habibie, ketika Ainun memintanya untuk
dipulangkan ke Indonesia.
“Mana bisa kamu memimpin 200 juta rakyat
Indonesia, jika memimpin tubuhmu sendiri
saja tidak bisa!”-Ainun, ketika melihat
Habibie hanya tidur 1 jam setiap harinya.

sumber: kompasiana.com

Share this post :

Posting Komentar

PAPAN PENGUMUMAN

Statistik Blog

 
Support : dzulAceh | DownloadRPP | BerintaNanggroe
Copyright © 2015. IPNU IPPNU PASURUHAN LOR - All Rights Reserved
Template by Cara Gampang Modified by dzulAceh
Proudly powered by Blogger